Mengintip Rafflesia Patma Di Kebun Raya Bogor

patmaKRBJakarta : Rafflesia patma  kembali mengundang perhatian pengunjung Kebun Raya Bogor. Bunga raksasa berwarna merah marun muda dengan bercak-bercak krem ini , mekar sempurna sejak Rabu (2/6).

Menikmati kecantikan bunga ini agak sulit , karena tidak dapat ditentukan kapan akan mekar kembali, dan biasanya masa mekar bunga hanya akan berlangsung sekitar 4 hari saja, dan  kemudian layu.

Tanaman yang konon mempesona Sir Stamford Raffles dan Dr. Joseph Arnold  (penemu Rafflesia arnoldi  di belantara Sumatra 1818) ini juga tak bisa tumbuh di sembarang tempat. Tumbuhan ini hanya ditemukan di tempat-tempat sangat spesifik  yang menjadi habitatnya.  “Pohon ini hidup sebagai benalu alias parasit dan masih belum ditemukan cara untuk membudidayakannya,” ujar Sofi Mursidawati MSc, Peneliti Kebun Raya Bogor di Jakarta, Jumat.

Ditinjau dari garis evolusinya,  dalam dunia tumbuhan  Rafflesia dikenal sebagai salah satu tumbuhan paling modern karena memiliki strategi bertahan hidup  yang canggih dan efisien. Organ-organ vegetatif yang penting  seperti daun dan akar tidak dimiliki, namun tubuhnya  hanya berupa  bunga yang berfungsi sebagai organ reproduksi penerus keturunannya. Cara hidup parasit ditempuhnya sebagai efisiensi dan kompensasi dari ketiadaan daun dan akar yang layaknya dimiliki tumbuhan lain.

Sebagai parasit sejati  Rafflesia sama sekali tidak mempunyai  klorofil atau butir hijau daun. Akibatnya ia tidak mampu melakukan proses fotosintesis dan seratus persen menggantungkan seluruh hidupnya pada pohon inang.

Karena Rafflesia hidup dan berbiak didalam batang atau akar pohon inang, maka tanaman ini muncul sewaktu-waktu dari bagian dalam tumbuhan inang sehingga  ia dikenal juga sebagai tumbuhan endoparasit (endo = di dalam).

Tanaman inang yang ditumpanginya adalah Tetrastigma spp, yaitu sejenis tumbuhan pemanjat yang masih berkerabat dengan anggur.  “Rafflesia harus pandai-pandai menjaga diri agar tidak menyebabkan inangnya mati karena inanglah yang menjadi tempatnya makan dan berbiak,” ujar Sofi.

Keseimbangan dengan inangnya dijaga dengan melakukan pembatasan jumlah populasinya agar tidak sampai mematikan pohon inang. Rafflesia akan mengurangi jumlahnya sendiri jika terlalu banyak.  “Kepandaian Rafflesia menjaga keseimbangan ini diduga menjadi strategi hidup sekaligus  penyebab kelangkaannya. Evolusi Rafflesia bersama  inangnya sudah berjalan sejak ribuan tahun silam,” ujarnya.

Sofi menambahkan Rafflesia memiliki hubungan yang  erat dengan habitatnya sehingga kehidupannya sukar untuk dimanipulasi. “Ia akan tergantung pada ekosistemnya  mulai dari pohon inang, serangga penyerbuk, penyebar biji hingga iklim mikro dan makro habitatnya yang sangat spesifik,” ujarnya.

Sejak 2004,  bunga Rafflesia Patma berada di Kebun Raya Bogor. Menurut Sofi keberhasilan Kebun raya Bogor dalam memindahkan R. patma kali ini baru merupakan langkah awal dari sebuah pekerjaan besar untuk membuat sebuah populasi Rafflesia yang hidup di luar habitatnya. “Sebagian  kehidupan biologisnya masih menjadi misteri bagi para ahli konservasi tumbuhan. Regenerasi, konservasi dan budidaya tumbuhan endemik ini bukanlah sesuatu yang mustahil tetapi sebuah tantangan yang menakjubkan untuk ditelaah secara lebih mendalam,” ujarnya. (Lea)

 

You May Also Like

More From Author