Pengelolaan lahan gambut berwawasan lingkungan bisa dilakukan melalui rekayasa teknologi tata kelola air (ekohidro). Inovasi teknologi ini mampu mempertahankan fungsi lahan hutan sebagai penyimpan karbon dan menjaga kelangsungan plasma nuftah.
Sekjen Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI) Dr. Suwardi mengatakan ekohidro bisa diterapkan di lahan masyarakat hingga perkebunan skala besar. Luasan lahan gambut di Indonesia mencapai 14,9 Hektar (ha) dan 55% masih dalam bentuk hutan alam. Sekitar 90% dari luasan itu masih belum dimanfaatkan.
“Bila dikelola dengan tepat, gambut merupakan lahan masa depan bagi pertanian, perkebunan, dan Hutan Tanaman Industri (HTI). Untuk itu perlu teknologi dan pengelolaan yang bertanggung jawab,” kata Suwardi dalam acara diskusi “Penerapan Teknologi dalam Pengelolaan Gambut Lestari,” di Jakarta, 23 Desember 2014.
Menurut Suwardi, lahan gambut yang dimanfaatkan untuk pertanian, perkebunan, dan HTI saat ini baru 20% atau 2,4 juta ha. Sebagian lahan dimanfaatkan untuk perkebunan sawit seluas 1,6 juta ha. Sisanya sekitar 20% atau 3,9 juta ha adalah lahan terdegradasi, 0,6 juta ha lahan bekas tambang, dan 10% untuk infrastruktur serta fasilitas umum.
“Pemanfaatan lahan gambut di Indonesia belum optimal. Sebagian pihak menuding pemanfaatan lahan gambut sebagai penyebab emisi. Padahal pengelolaan lahan yang baik mampu menekan emisi, dibanding lahan terdegradasi,” paparnya.
Penerapan Ekohidro merupakan teknologi untuk mengatur sumberdaya air pada gambut berdasarkan integrated land and water zoning system untuk menjaga gambut tetap lembab. Kondisi permukaan air yang terjaga bisa memaksimalkan pertumbuhan tanaman, meminimalisir resiko kebakaran, meminimalisir subsidensi, dan menjaga emisi karbon pada kondisi alamiah.
Pemilihan tanaman yang adaptif untuk lahan gambut juga sangat penting. Tanaman pangan dan hortikutura dapat ditanam pada gambut subur di pinggir sungai yang mendapat limpasan lumpur dan air sungai. Tanaman Akasia crassicarpa, karet, dan kelapa sawit dapat tumbuh baik pada gambut dengan penerapan ekohidro dan teknologi pupuk.
Diskusi yang diselenggarakan oleh Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK) juga menghadirkan Dr Agus Kristiyono, Peneliti Georadar BPPT dan Dr. Ricky Avezora, Ketua Program Studi Pasca Sarjana Manajemen Ekowisata dan Lingkungan IPB. SB