Menjelang akhir Januari, pro-kontra tentang nyamuk transgenik atau GMO (Genetic Modified Organism) menghangat. Media di Amerika ramai menyoroti rencana pelepasan jutaan nyamuk GMO di kawasan Key West Florida. Rencana itu kini tinggal menunggu persetujuan FDA, lembaga pengawasan obat dan makanan di Amerika.
Pro-kontra bermula dari proposal Oxitec, perusahaan bioteknologi Inggris, yang telah mengusulkan pelepasan nyamuk hasil rekayasa genetika untuk membantu upaya pengendalian nyamuk di Florida. Untuk mengendalikan populasi nyamuk di Key West, Pemerintah Negara Bagian Florida harus menyiapkan anggaran 200.000-400.000 dolar sebagai kompensasi penyediaan telur nyamuk transgenik oleh Oxitec. Anggaran ini lebih murah dibanding anggaran rutin yang selama ini dikeluarkan Dinas Kesehatan setempat sekitar $ 1,1 juta per tahun untuk memerangi Aedes aegypti. Sekitar 800.000 dolar diantaranya digunakan hanya untuk membeli sekitar 7.500 lb pestisida.
Namun begitu, inovasi baru itu memicu kekhawatiran. The Washington Post menyebutnya sebagai ‘skandal nyamuk GMO’. Media utama ini menyuarakan bahwa upaya baru itu bisa menimbulkan masalah baru. Pakar kesehatan George Dvorsky memperingatkan bahwa jutaan nyamuk bisa bermutasi dan meinfeksi manusia. ”Jangan sampai FDA mengizinkan peredaran nyamuk “Frankenstein” itu di sekitar kita. Rencana itu juga menggemparkan warga dunia maya (netizen). Dalam waktu singkat, menurut Discoverycom, petisi penolakan Change.org telah membubuhkan 140.000 tanda tangan.
Nyamuk transgenik itu sendiri adalah hasil rekayasa genetik Aedes aegypti dengan sisipan gen persilangan antara virus herpes dan bakteri E. coli. Harapannya, nyamuk GMO dapat memutus mata rantai penyebaran penyakit-penyakit menular utama seperti malaria, demam berdarah, chikungunya, herpes dan penyakit saluran pencernaan. Pihak Oxitec meyakinkan bahwa nyamuk itu aman bagi lingkungan, termasuk manusia. Nyamuk-nyamuk itu sudah autocidal. Artinya akan melahirkan keturunan mandul dan akan mati dengan sendirinya.
Nyamuk jantan GMO membawa DNA yang menyebabkan nyamuk bergantung pada suplemen diet yang mudah dibuat di laboratorium, tetapi tidak tersedia di alam. Ketika disebut nyamuk jantan mutan kawin dengan betina normal, semua keturunannya memerlukan suplemen makanan yang tidak ada di alam karena gen autocidal (bunuh diri) diturunkan dari jantan secara genetik dominan. Dengan demikian, anak-anak nyamuk akan mati sebelum beranjak dewasa. Idenya adalah, jika GMO janntan dilepas dalam jumlah cukup banyak di suatu daerah, maka nyamuk betina akan punya pilihan untuk kawin dengan mereka. Itu berarti hanya akan ada sedikit atau bahkan tidak ada keturunan nyamuk yang normal pada generasi berikutnya. Dengan cara demikian, populasi nyamuk dapat efektif dikendalikan. Untuk mengendalikan populasi nyamuk di kawasan rawan demam berdarah itu, Oxitec berharap diizinkan untuk melepaskan jutaan nyamuk Aedes aegypti autocidal di Keys. Nyamuk sudah lama diketahui merupakan vektor penyakit mematikan seperti demam berdarah, malaria dan chikungunya. ”Nyamuk GMO ini dilepas semata-mata untuk meindungi penduduk dari potensi penularan,” tegas pihak Oxitec.
Sejatinya, tujuan Oxitec baik. Tapi, retorika media menunjukkan sebaliknya. Associated Press menulis, upaya pengendalian nyamuk berbahaya mungkin masuk akal. Tapi, kenapa warga Florida harus jadi kelinci percobaan? Banyak pihak menyadari perlunya membantu warga dari potensi serangan demam berdarah dan chikungunya, terutama saat ada perubahan iklim yang ekstrim. ”Tapi, yang kami khawatir adalah munculnya masalah ekologi,” jelas Tanjim Hossain dari Universitas Miami. “Kami khawatir penyakit-penyakit itu akan lebih sulit lagui dikendalikan dalam jangka panjang.”
Chikungunya termasuk pendatang relatif baru dalam dunia penyakit menular. Wabah pertama dikenal terjadi di Afrika pada tahun 1952 dan masuk di Amerika tahun 2013. Meski tidak seganas demam berdarah, chikungunya termasuk cepat menjadi perhatian utama. Infeksi yang disertai dengan demam tinggi dan nyeri sendi yang melemahkan dapat berlangsung berminggu-minggu. Dan, menurut CDC, Florida adalah satu-satunya negara bagian di AS yang terserang. CDC ingin chikungunya tidak mengendap menjadi wabah permanen di AS. Karena bukan termasuk species asli Floroida, upaya penanganan dengan nyamuk transgenik diduga lebih aman dan efektif.
George Dvorsky khawatir DNA termodifikasi mungkin masuk ke manusia setelah digigit nyamuk transgenik. Dia meminta studi yang cermat dan masif diperlukan untuk memastikan keamanan secara biologi dan ekologi. Kemajuan teknologi memang perlu diapresiasi. Tetapi, harus diingat, hasil survey mengatakan lebih dari 80% orang Amerika ingin makanan mereka berlabel jika mengandung DNA apapun. Sementara yang 20% setuju dengan kewajiban menempelkan label makanan transgenik. “Oxitec tidak dapat menjamin bahwa DNA tidak menimbulkan ancaman bagi manusia. Tak cukup dengan klaim sederhana bahwa DNA nyamuk itu tidak berbahaya. Ingat, kita tidak hidup di zaman Jurassic Park,” tegas Hossain.
The Atlantic menambahkan, DNA trangenik yang ada pada nyamuk dikhawatirkan mengancam kesehatan manusia dengan dua cara. Pertama, DNA asing biasanya menimbulkan reaksi alergi. Kedua, sisipan DNA asing bisa memmpengaruhi dan membuat mutasi DNA ppada manusia atau makhluk apa pun yang bisa digigit nyamuk.