JAKARTA — Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) memberikan penghargaan Bacharuddin Jusuf Habibie Technology Award (BJHTA) 2015 kepada Dr Warsito Purwo Taruno Meng, ahli tomografi yang juga Ketua Umum Masyarakat Ilmuwan dan Teknologi Indonesia (MITI).
Penghargaan tersebut diberikan kepada Dr Warsito atas karyanya yang sukses mengambangkan teknologi Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT) yang banyak digunakan untuk pengobatan para penderita kanker.
Warsito lahir di Karanganyar pada 15 Mei 1967 dan menjadi peserta program beasiswa Habibie Overseas Fellowship pada 1987. Warsito menyelesaikan studi sarjana dan magister pada jurusan teknik kimia di Shizuoka University dan doktor pada jurusan teknik elektro di universitas yang sama.Sejumlah penghargaan diraihnya mulai dari luar negeri dan dalam negeri.
“Penghargaan ini diberikan kepada anak bangsa yang berhasil menciptakan karya-karya yang berjasa bagi masyarakat banyak,” ujar Kepala BPPT Dr Ir Unggul Priyanto MSc pada acara pemberian penghargaan tahunan ini di Jakarta, Kamis (20/8).
“Banyak lembaga dunia telah menggunakan ECVT untuk pengembangan lebih lanjut seperti NASA, Kyoto University, Ohio State University dan lainnya. Teknologi ini digunakan untuk memindai tabung gas, pendeteksian aktivitas dan disfungsi otak, hingga pemindaian kanker payudara,” jelas Unggul.
ECVT merupakan pemindai berbasis medan listrik statis yang telah diaplikasikan secara luas di dunia industri dan medis. ECVT mempunyai konsep yang berbeda dengan tomografi konvensional seperti CT-Scan dan MRI.
Tomografi konvensional menggunakan prinsip pemindaian tertutup (obyek harus diletakkan di ruang tertutup dikelilingi oleh sensor-sensor pemindai), sementara ECVT menggunakan konsep pemindaian terbuka yang berarti objek tidak harus diletakkan di ruang tertutup dan bisa diletakkan dimana saja tanpa harus dikelilingi sensor.
ECVT juga dapat digunakan dalam bidang proses kimia yaitu teknologi piranti lunak untuk komputasi aliran fluida di dalam reaktor kimia. “Dalam aplikasi di dunia medis, ECVT memberikan alternatif sistem pemindaian dengan biaya murah, bebas radiasi, deteksi seketika atas kelainan fisiologis dalam payudara, epilepsi, Alzheimer, dan disfungsi otak lainnya,” kata Warsito.
Warsito menjelaskan teknologi yang dikembangkan dengan memanfaatkan sumber gelombang yang dianggap tidak berguna atau pinggir. Setelah diamati, gelombang pinggir tersebut mengandung informasi yang bermanfaat. “Gelombang pinggir tersebut tersebar dan banyak.” Hal itu, yang dikembangkan untuk melakukan pemindaian. Turunan dari aplikasi tersebut, dapat dimanfaatkan untuk menghambat sel kanker.
Sel mengandung muatan listrik, sementara gelombang mengandung listrik dan magnet. Jika berinteraksi maka membuat sel bermutasi. “Sel kanker membelah dengan sangat cepat. Proses pembelahan tersebut dihambat dengan medan listrik, kalau membelah tidak sempurna maka sel tersebut akan bunuh diri,” terang Warsito.
Berkat bantuan alat ciptaan Warsito, sekitar 78 persen penderita kanker terbukti bisa bertahan hidup lebih lama. Hal itu berbeda dengan pengobatan medis, yang sangat kecil harapan hidupnya terutama pada kanker stadium lanjut.