Indonesia Telat Menerapkan Akunting Sumber Daya Alam

Sumber daya alam Indonesia melimpah dan terserak dari Sabang sampai Merauke. Sayangnya hingga kini kekayaan alam itu hanya dimanfaatkan pihak tertentu. Padahal nilai sumber daya alam bisa dihitung keekonomiannya.

Selain itu langsung maupun tidak langsung sumber daya alam dan lingkungan berperan dalam eknonomi nasional. Karena itulah sumber daya alam Indonesia harus dijadikan aset.

Hal itu mengemuka dalam seminar Akunting dan Sumber Daya Alam yang diselenggarakan Masyarakat Akunting Sumberdaya dan Indonesia bersama mitranya di Jakarta, Selasa (20/11).

Menurut pengamat ekonomi lingkungan, Prof. Suparmoko, Indonesia sangat terlambat dalam memanfaatkan penghitungan ekonomi sumber daya alam. Padahal ia bersama Prof. Emil Salim sudah melontarkan mengenai penghitungan sumber daya alam ini sejak tahun 1990.

“Contoh nilai hutan kita. Kalau berdasarkan hitung rente ekonomi maka harga kayu di hutan itu idealnya Rp80 juta per hektar. Tetapi sekarang ini hanya Rp1,5 juta per hektar. Hasilnya pun tidak jelas diserahkan ke siapa. Cara menetapkan nilainya juga hanya berdasarkan kompromi saja. Bayangkan berapa kerugian negara jika itu terjadi dalam jangka waktu yang lama,” tutur Suparmoko.

Oleh karena itu ia menilai akunting sumber daya alam dan lingkungan itu sangat penting dalam kaitannya menyajikan gambaran peran menyeluruh sumber daya alam dalam ekonomi suatu bangsa dan untuk mengukur input dan output secara nasional.

Apalagi The World Comission on Enviromental and Sustainable Development juga mengimbau semua negara untuk mengukur pertumbuhan negara melalui penghitungan cadangan sumber daya alam yang dimiliki berikut valuasi ekonominya.

Sementara Kepala Bidang Teknologi Geospasial/Akuntansi Sumberdaya Alam, BPPT, Dr.M.Evri.Msc mengatakan untuk mendukung akuntansi sumber daya alam ini pihaknya telah mengembangkan sistem pakar khusnya mengembangkan sistem pakar dalam menilai suatu kawasan pantai dan perikanan.

“Kami punya juga Akuntansi Sumberdaya Pesisir dengan dukungan teknologi remote sensing dan modelling untuk mendata potensi daerah pesisirn” kata Evri.

Evri menambahkan bahwa akunting sumber daya alam penting terutama karena sumber daya alam pasokannya akan semakin menipis. Namun di sisi lain berlaku hukum ekonomi bahwa sumber daya alam dan lingkungan akan bernilai ekonomi tinggu ketika langka atau ketika terjadi permintaan meningkat tetapi pasokan terbatas.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author