Pupuk Hayati Tingkatkan Produktivitas Pertanian Berkelanjutan

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Pemanfaatan pupuk hayati berbasis mikroba untuk meningkatkan produktivitas pertanian secara berkelanjutan semakin menarik minat masyarakat untuk meneliti dan mengaplikasikannya secara luas. Pengembangan mikroorganisme yang bermanfaat akan menunjang pertanian yang sehat.

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP) melalui Balai Penelitian Tanah (Balittanah) telah menghasilkan produk-produk pupuk hayati yang telah dimanfaatkan masyarakat. Teknologi formulasi pupuk hayati yang dikembangkan saat ini fokus pada tantangan masa depan yang semakin berat.

Peneliti Balai Penelitian Tanah (Balittanah), Dr. Edi Husen menyampaikan bahwa fenomena semakin meluasnya lahan pertanian berkadar garam atau salinitas tinggi maupun kekeringan akibat perubahan iklim memerlukan inovasi baru dalam formulasi pupuk hayati. Formulasi ini untuk membantu tanaman bertahan dalam kondisi cekaman lingkungan sekaligus mampu mengurangi penggunaan pupuk anorganik NPK.

Keunggulan pupuk hayati selain efisiensi penggunaan pupuk anorganik juga berperan dalam mengoptimalkan produksi pangan. “Mikroba dalam pupuk hayati yang saat ini dikembangkan mampu membantu tanaman dalam menghadapi berbagai macam stres atau cekaman akibat faktor lingkungan seperti salinitas, kekeringan, dan genangan,  serta untuk menghadapi cekaman akibat gangguan hama dan penyakit,” terang Edi dalam Webinar Pupuk Hayati yang digelar BBSDLP pada Kamis (4/6/2020).

Salah satu produk pupuk hayati untuk lahan salin yang telah dihasilkan oleh Balittanah adalah Biosalin yang telah diuji di lapangan dan dalam proses lisensi oleh PT. Pupuk Kaltim. Menurut Edi, Biosalin mampu meningkatkan produksi padi di wilayah terkandala salin/tergenang.

Pada webinar tersebut, Peneliti Balittanah, Dr. Surono memaparkan riset pupuk hayati berbasis cendawan dark septate endophytes (DSE) dalam menunjang produktivitas tanaman di lahan kering. Balittanah memiliki koleksi bermacam spesies DSE dari berbagai agroekosistem seperti lahan kering, lahan sawah, dan lahan rawa.

Cendawan DSE berpotensi meningkatkan produktivitas tanaman pertanian di lahan kering, terutama lahan kering masam yang mendominasi lahan kering di Indonesia. Spesies DSE memiliki kemampuannya beradaptasi dengan kondisi keasaman tanah yang tinggi (< pH 5.5), Fe dan Al tinggi, mampu melarutkan P dari bentuk Fe-P dan Al-P. Melalui aktivitas simbiotiknya, cendawan DSE mampu memacu pertumbuhan tanaman di kondisi cekaman abiotik tersebut.

Menurut Surono ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait keberhasilan penggunaan pupuk hayati lahan kering antara lain seleksi bahan aktif yaitu mikroba harus ketat berdasarkan hasil uji laboratorium, rumah kaca, dan lapangan. Di samping itu,  mikroba yang digunakan sebagai bahan aktif pupuk hayati adalah mikroba yang mampu meningkatkan adaptasi tanaman terhadap kondisi cekaman abiotik seperti cendawan DSE dan mikoriza.

“Teknik inokulasi/penggunaannnya yang tepat dan kualitas pupuk hayati yang terkontrol juga menjadi syarat yang penting untuk keberhasilan penggunaan pupuk hayati lahan kering,” ujar Surono.

Sementara itu, peneliti Balittanah lainnya, Dr. Etty Pratiwi memaparkan hasil penelitian isolasi dan uji lapang sianobakteri dan bakteri pereduksi emisi metana di lahan sawah yang belum banyak diteliti. Padahal kedua jenis bakteri ini memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai pupuk hayati.

Menurutnya, lahan sawah merupakan faktor produksi utama dan tidak dapat digantikan fungsinya dalam usaha pertanian. Pengelolaan lahan sawah yang kurang tepat dan cenderung over exploitation akan menurunkan fisik, kimia, dan biologi tanah.

Dalam program pencetakan lahan sawah baru dan pemulihan kesuburan lahan sawah, strategi yang tepat adalah melalui rekomendasi pupuk berimbang, aplikasi jerami/bahan organik, dan pupuk hayati. “Pembuatan pupuk hayati bermutu untuk lahan sawah mempunyai prospek yang baik untuk meningkatkan produktivitas lahan sawah, sekaligus untuk mengantisipasi makin mahal dan langkanya pupuk sintetik,” terangnya.

Salah satu pupuk hayati yang telah tersebar luas penggunaanya untuk meningkatkan produktivitas padi sawah adalah Agrimeth. “Untuk memperoleh pupuk hayati yang teruji diperlukan tahapan yang panjang yaitu diantaranya eksplorasi sampai diperoleh pupuk hayati yang siap diproduksi massal dan dilisensi,” ungkap Etty.

Tantangan ke depan dalam pengembangan pupuk hayati adalah seberapa mudah untuk diterima dan diaplikasikan oleh petani terutama terkait manfaat serta keterjangkauan harga pupuk hayati. Untuk itu Balai Penelitian Tanah siap berkolaborasi dengan semua pihak yang terkait  pengembangan pupuk hayati untuk menunjang pertanian Indonesia yang maju, mandiri, dan modern secara berkelanjutan. (Balittanah/DA, SR, AFS)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author