Jakarta, Technology-Indonesia.com – Belum ke Yogyakarta kalau belum ke Taman Pintar. Tagline tersebut menggambarkan keberadaan Taman Pintar sudah menjadi salah satu ikon kota Yogyakarta.
Afia Rosdiana, Kepala Bidang Pengelolaan Taman Pintar mengungkapkan ada tiga ikon besar kota Yogyakarta yaitu kota pendidikan, kota budaya dan kota tujuan wisata. Ketiga ikon Yogyakarta tersebut diramu dalam Taman Pintar.
Sebagai ikon kota pendidikan, terang Afia, Taman Pintar merupakan Science Center yang sarat dengan nuansa pendidikan. Karena Yogyakarta juga punya ikon kota budaya, Taman Pintar juga menampilkan pengetahuan tentang budaya misalnya dalam zona Indonesiaku dan Zona Memorabilia. Yang menarik menurut Afia, Taman Pintar sangat kental dengan momen lokal yang ada di Yogyakarta untuk konten-konten pendidikan.
“Sebagai kota wisata, kita sangat berupaya untuk menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di kota Yogyakarta,” kata Afia di sela Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Asosiasi Science Center Indonesia (ASCI) ke-V pada Kamis (22/11/2018) di Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PP-Iptek) komplek Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta.
Agar Taman Pintar menjadi destinasi wisata unggulan, selain melalui berbagai cara promosi, tutur Afia, yang paling penting adalah layanan ke masyarakat. “Sebenarnya orang kan butuh dilayani dengan baik. Nah, layanan di Taman Pintar tidak hanya bagaimana melayani masyarakat saja tapi juga memenuhi keingintahuan dari masyarakat,” lanjutnya.
Saat ini, Taman Pintar yang berdiri di lahan seluas 1,2 hektare memiliki 54 zona dengan sekitar 1.300 alat peraga. Untuk menarik pengunjung, Taman Pintar senantiasa me-refresh atau memperbarui zona-zona yang ada.
“Kita punya strategi tiap tahun minimal ada 3 zona yang baru baik itu secara muatannya, maupun zona lama yang sudah tidak menarik lagi dan keilmuannya out of date (kadaluarsa) kita ganti dengan yang baru. Jika pengunjung ke Taman Pintar tahun ini, tahun depan ke sini lagi ada yang baru,” terang Afia.
Tak hanya zona yang terkait sains, Taman Pintar juga memiliki Zona Sahabat Pemberani KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), Zona SNI (Standar Nasional Indonesia), dan zona-zona menarik lainnya. Bahkan di tahun politik, Taman Pintar bekerjasama dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) meluncurkan Zona Demokrasi dan Pemilu.
Meskipun semua zona di Taman Pintar menarik, menurut Afia, ada zona yang menjadi favorit pengunjung. Pertama, Zona Sains yang dikembangkan sendiri berdasarkan ilmu pengetahuan alam murni, fisika, dan kimia. Kedua, Zona Cuaca, Iklim dan Gempa Bumi hasil kerjasama Taman Pintar dengan BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika).
Secara umum, layanan Taman Pintar dibagi menjadi tiga yaitu displai pameran, program kegiatan, dan pertunjukan seperti planetarium dan teater 4 dimensi. Taman Pintar milik Pemerintah Kota Yogyakarta telah menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Saat ini, pengunjung Taman Pintar sudah mencapai 1 juta orang per tahun.
“Dalam pengelolaan dan pengembangan Taman Pintar, kita punya dua kata kunci yaitu semakin banyak ilmu pengetahuan yang kita berikan ke masyarakat, maka akan semakin banyak masyarakat yang memperoleh ilmu pengetahuan,” terangnya.
Bagi Afia, Rakornas ASCI Ke-V menjadi ajang berbagi pengalaman. Melalui Rakornas ini, pihaknya bisa mengetahui apa yang sedang dikembangkan Science Center lain dan saling bertukar pikiran apa yang bisa dikembangkan di Taman Pintar. Begitu juga sebaliknya, apa yang bisa diberikan Taman Pintar ke Science Center lain.
“Dengan PP-Iptek kita sering bertukar pikiran untuk pengembangan Science Center ke depan serta berpartisipasi dalam kegiatan lomba berjenjang,” tutur Afia.
Pada kesempatan tersebut Afia mengungkapkan bahwa pada 16 Desember 2018, Taman Pintar genap berusia 10 tahun. Tema peringatan ulang tahun kali ini adalah Stay in Science atau Tetaplah dalam Sains.
“Sekarang kan era Revolusi Industri 4.0, fungsi Taman Pintar sebagai Science Center adalah bagaimana memotivasi masyarakat untuk mencintai sains atau peduli dengan ilmu pengetahuan. Kalau bahasa kerennya literasi sains masyarakat, sehingga ketika orang bertindak itu punya dasar keilmuan,” pungkasnya.