Menteri Negara Riset dan Teknologi prihatin dengan menurunnya peringkat daya saing yang diperoleh Indonesia dari 44 tahun lalu menjadi 46 tahun 2012. Indonesia tertinggal dari negara tetangganya di kawasan ASEAN seperti Singapura (peringkat ke 2), Malaysia (peringkat (21), Thailand (peringkat 39) dan Brunei (peringkat 28).
`
Hal itu diutarakan Menteri Negara Riset dan Teknlogi Gusti Muhammad Hatta saat membuka ”Seminar Nasional Ekpose Hasil Riset: Mendekatkan Periset dan Pengguna Riset” di Jakarta, Rabu (28/2).
Peringkat yang dikeluarkan World Economy Forum ini menjadi acuan Kementerian Ristek dan Teknologi (Kemenristek) dalam merumuskan kemampuan teknologi. Oleh karena itu untuk mendukung peningkatan daya saing, pemerintah telah melakukan upaya melalui Sistem Inovasi Nasional. Namun menurut Gusti hasilnya masih belum seperti yang diharapkan.
”Kami berharap tahun ini indeks daya saing bisa meningkat lagi dengan menghasilkan riset-riset yang bermanfaat untuk masyarakat,” kata Gusti Muhammad Hatta.
Tahun 2011, Indonesia baru mampu menghasilkan merek empat, hak cipta enam dan paten 23. Tahun 2012 ini Gusti berharap ada peningkatan baik dari merek, hak cipta dan paten.
Optimisme peningkatan itu ada meski disisi lain Gusti Muhammad Hatta menyadari ada kendala pendanaan yang tidak meningkat. Tahun lalu anggaran riset yang dikelola Kementerian Riset dan Teknologi sebanyak 95 Miliar dan tahun ini masih berkisar sejumlah itu.
Namun demikian Gusti mengatakan dengan anggaran 95 Miliar tahun ini riset masih bisa meningkat dari sisi produktivitas. Untuk itu ia mengharapkan adanya sinergi dari swasta untuk mengembangkan riset di Indonesia.
”Sekarang ini kontribusi Litbang pemerintah masih domionan berkisar 81,3 persen. Secara keseluruhan investasi Litbang nasional swasta dan pemerintah jumlahnya 0.08 persen, dari produk domestik bruto” katanya. Bandingkan dengan belanja Litbang Thailand sebesar 0,21 persen dengan proporsi belanja pemerintah sebesar 55 persen dan swasta sebesar 45 persen.
Karena itu investasi riset ini menurut Gusti harus menjadi perhatian bersama antara Lembaga Penelitian Non Kementerian dan Kementerian serta swasta yang seharusnya bahu membahu meningkatkan produktivitas inptek dan mendayagunakan Litbang.
”Produktivitas itu dapat dimulai dari produktiviast unit kerja dan diharapkan dapat mempengaruhi produktivitas Iptek nasional. Sejalan dengan itu Kemenristek akan berusaha keras mengeluarkan kebijakan-kebijakan beserta instrumen-instrumen yang relevan,” kata Menegristek.