Merevolusi Studi Oseanografi dengan Drone Bawah Laut ARHEA

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Drone bawah laut ARHEA (Advanced Drifter GPS Oceanographic Coverage Area) berhasil diuji coba di Kepulauan Seribu pada 11 Maret 2023. Teknologi terbaru ini bertujuan merevolusi studi oseanografi dengan memberikan data yang lebih akurat dan mengurangi biaya serta waktu yang dibutuhkan untuk penelitian.

Uji coba drone ARHEA tersebut dalam rangka Archipelagic and Island States (AIS) Forum bersama dengan Universitas Padjadjaran, Lazada Indonesia, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) dan Diver Clean Action.

Setelah melaksanakan kegiatan bersih-bersih pantai dan penanaman koral dengan Divers Clean Action, pada acara ini telah berhasil dilakukan uji coba drone ARHEA hasil penelitian Universitas Padjadjaran dan University of Philippines atas dukungan dari AIS Forum serta bermitra dengan Robomarine Indonesia.

“ARHEA merupakan progress yang signifikan dalam teknologi pengukuran oseanografi, dan kami berharap acara ini akan memberikan wawasan yang berharga tentang potensi penerapannya di berbagai industri,” ujar Zainul Walidatish, ARHEA Research Lead, Robomarine Indonesia & Universitas Padjadjaran.

Drone ARHEA dilengkapi dengan teknologi sensor yang mencakup kekeruhan, keasaman, suhu, kandungan oksigen, konduktivitas dan kedalaman pada berbagai titik di perairan. Data tersebut akan ditransmisikan melalui sinyal satelit untuk ditelaah lebih lanjut mengenai kondisi laut kita.

“Dengan adanya teknologi ini, ARHEA akan berperan kuat dalam pengawasan kawasan lindung laut, Fishing Ground Prediction, dinamika kelautan, ENSO events, dan lainnya,” dirangkum oleh Noir P Purba, Phd (cand.), Universitas Padjadjaran.

Sora Lokita yang mewakili Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi, Kemenkomarves mengatakan dalam konteks lingkungan, bidang penelitian ilmiah yang semakin signifikan akan memperhatikan dampak kompleks pada ekosistem laut yang berasal dari pertumbuhan aktivitas ekonomi yang diharapkan di laut, dikombinasikan dengan efek perubahan iklim yang meningkat.

“Kebutuhan untuk menjembatani scientific gap seringkali akan didahulukan sebelum meluncurkan perkembangan besar,” ujar Sora.

Teknologi ARHEA didemonstrasikan di hadapan representatif dari kedutaan negara AIS, dimana Duta Besar Solomon Island, H.E. Salana Kalu, dan Suriname, H.E. Erick Rahmat Moertabat, menghadiri uji coba alat ini.

ARHEA diharapkan dapat memberikan kontribusi besar bagi penelitian kelautan dan pengelolaan sumber daya laut di berbagai negara pulau dan kepulauan dan direncanakan untuk diterapkan di Indonesia dan negara dibawah naungan AIS Forum.

AIS Forum merupakan platform dibawah naungan Kemenkomarves yang dirancang untuk mencakup 47 negara kepulauan dan pulau di seluruh dunia terlepas dari wilayah, ukuran, dan tingkat pembangunan mereka untuk mengambil bagian dalam forum kolektif yang membahas masalah pembangunan berkelanjutan.

Pengembangan kerja sama konkrit antar negara AIS difokuskan pada empat bidang kerja sama yaitu mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, blue economy, sampah plastik laut, dan tata kelola maritim yang baik.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author