
Jakarta, Technology-Indonesia.com – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berhasil melakukan pengujian sistem Multibeam Echosounder (MBES) Hydrosweep DS (Deep Sea) yang terpasang pada Kapal Riset (KR) Baruna Jaya 1. Sistem MBES berfungsi untuk pemetaan dasar laut hingga kedalaman 11 km.
Kepala Program Revitalisasi KR Baruna Jaya, Agus Sudaryanto mengatakan pengujian dilakukan di Samudera Hindia sebelah Barat Sumatra melalui misi Sea Acceptance Test (SAT) bersama pabrikan Teledyne. SAT dilakukan pada 26 hingga 29 November 2017 dengan area coverage mulai dari kedalaman laut 10 meter di Selat Sunda sampai kedalaman 2.000 meter di Samudera Hindia.
“Awalnya kita ingin mencoba sampai kedalaman 6.000 meter. Namun kita terkena badai Siklon Cempaka di Samudera Hindia. Sehingga yang semula 6.000 meter menjadi kedalaman 2.000 meter dan arahnya bergeser ke Barat Sumatera,” terang Agus di Jakarta, Kamis (30/11/2017).
Menurut Agus, hasil uji sistem MBES dan akuisisi data multibeam, alat ini sudah siap digunakan karena sudah berfungsi dan sesuai spesifikasi. Pada kedalaman 2000 meter, MBES mampu memberikan coverage 11.000 meter sesuai spesifikasi. “Kita juga mencoba melakukan pemetaan dasar laut, sekaligus mendeteksi obyek dasar laut,” kata Agus.
Sistem ini, lanjutnya, berhasil memberikan gambaran bagus dalam verifikasi bangkai kapal di dasar laut dari KM. Bahuga Jaya yang tenggelam di perairan Selat Sunda, sekitar 5 mil menuju pelabuhan Bakauheni pada 26 September 2012.

Uji fungsi sistem MBES pada KR. Baruna Jaya I tanggal 29 November 2017 untuk pemetaan dasar laut dan verifikasi bangkai kapal di dasar laut dari KM. Bahuga Jaya.
Pengadaaan peralatan Multibeam Echosounder (MBES) Hydrosweep DS merupakan rangkaian dari revitalisasi peralatan survei kelautan KR. Baruna Jaya BPPT. Sistem MBES juga didukung beberapa peralatan survei kelautan portable seperti Conductivity Temperature Depth (CTD) untuk hidro-oseanografi massa air laut, Acoustic Doppler Profiler (ADP) untuk pengukuran arus laut dan Singlebeam Echosounder untuk pemetaan dasar laut dangkal.
Pengadaan revitalisasi peralatan ini bekerjasama dengan PT. Satya Megah Intektama yang didukung oleh vendor PT. Asmin Adisentosa selaku agent peralatan survei/Teledyne di Indonesia, Sea and Land Technologies Pte Ltd Singapore dan Teledyne Marine yang pabrikannya berbasis di Denmark.
MBES sebagai peralatan utama yang harus terpasang di kapal berhasil diinstalasi pada KR. Baruna Jaya I di galangan kapal PT. Samudera Marine Indonesia (SMI), Banten pada 26 Oktober – 21 November 2017. Instalasi sistem MBES melibatkan expert Teledyne Marine serta didukung tim teknis dari PT Asmin Adisentosa. Instalasi ini disupervisi tim teknis dari BPPT selaku pemilik kapal untuk menjamin hasil sesuai keinginan, baik dari sisi struktur bangunan kapal, sistem elektronik, akuisisi dan pengolahan data MBES.
“Revitalisasi peralatan survei termasuk sistem MBES full depth merupakan langkah awal untuk membuat KR. Baruna Jaya I BPPT sebagai kapal survei penelitian multi guna baik untuk survei hidro-oseanografi maupun pemetaan laut dalam,” ungkap Agus.
Untuk melengkapi peralatan MBES deep sea, BPPT berencana menambah peralatan Sub Bottom Profiler (SBP) dengan depth range hingga 10,000 meter, serta Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP) yang akan dilengkapi CTD Sea Bird dan water sampler dengan kemampuan hingga kedalaman 7.000 meter. Dengan penambahan peralatan ini, kapal Baruna Jaya I memiliki peralatan riset lengkap dan mempunyai kemampuan sangat memadai untuk melaksanakan survei kelautan sesuai dengan standar internasional.
Menurut Agus, berfungsinya sistem MBES full depth menjadikan KR. Baruna Jaya I sebagai kapal riset satu-satunya di Indonesia yang mampu melakukan pemetaan dasar laut sampai kedalaman 11.000 meter. Sistem ini bisa digunakan untuk survei penentuan jalur kabel, jalur pipa, penempatan buoy gempa dan tsunami, maupun survei geoteknik untuk pembangunan jembatan dan infrastruktur di laut. Pemanfaatan lainnya, membantu pemetaan jalur kapal di pelabuhan, studi geodinamik, dan pencarian sumber migas di dasar laut.
Dengan berfungsinya sistem MBES revitalisasi pada KR. Baruna Jaya I, Agus berharap pengoperasiannya dapat membantu berbagai pihak, baik perguruan tinggi, institusi pemerintah maupun swasta. BPPT antara lain membantu Badan Informasi Geospasial (BIG) dalam memetakan lingkungan laut nasional, terutama laut dalam. BPPT juga dapat terus terlibat dalam Pengembangan Konektivitas Palapa Ring Timur untuk pemilihan dan penentuan jalur kabel bawah laut.
Selama pengoperasiannya sejak 28 tahun lalu, KR Baruna Jaya I pernah dikerahkan untuk mendukung Operasi SAR, yaitu dalam pencarian pesawat Air Asia QZ 8501 pada 2014-2015. Selain KR. Baruna Jaya I untuk survei kelautan dan perikanan, BPPT juga mengoperasikan Baruna Jaya II, III, dan IV.