Bogor, Technology-Indonesia.com – Saat ini masih banyak peternak yang melakukan memelihara itik secara tradisional (ekstensif) dengan cara digembalakan atau diumbar. Sistem pemeliharaan tradisional menyebabkan tidak terjaminnya kualitas dan produksi, serta produktivitas itik rendah. Karena itu perlu ada alih teknologi dengan pemeliharaan secara intensif (terkurung) untuk meningkatkan produktivitas.
Peneliti Madya Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Badan Litbang Pertanian, Triana Susanti mengatakan sistem pemeliharaan intensifikasi itik sudah diprogramkan pemerintah sejak 1990an. Namun, masih ada peternak di Jawa Barat yang melakukan pemeliharaan secara tradisional di persawahan.
Triana mencontohkan, peternak di Indramayu masih memelihara itik di persawahan dengan jumlah ternak kurang dari 100 ekor induk dewasa per Kepala Keluarga. Biasanya ternak itik dilakukan sebagai usaha sambilan atau musiman. Bibit itik diperoleh dari hasil penetasan telur yang diambil acak sehingga produksinya bervariasi. Rataan produksi pertahun pun menjadi rendah.
“Yang menjadi masalah utama adalah mengenai pakan. Karena tidak bisa menyediakan pakan berkualitas dalam jumlah sesuai kebutuhan, mereka menggembalakan itiknya. Dengan digembalakan, kebutuhan gizi itiknya tidak terpenuhi,” tutur Triana dalam Seminar Berkala Inovasi Peternakan dan Veteriner yang digelar oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan (Puslitbangnak) Balitbangtan pada Rabu (17/11/2021)
Menurut Triana, sistem pemeliharaan tradisional bisa menyebabkan penyebaran virus flu burung, tidak ada jaminan kualitas dan jumlah produksi, serta produktivitasnya rendah. Selain itu, lahan gembala itik semakin berkurang.
Karena itu perlu ada alih teknologi dengan pemeliharaan secara intensif (terkurung). Pemeliharaan semi intensif bisa dilakukan yaitu saat periode starter (DOD – 2 bulan) tetap dikandangkan, ketika grower (2-6 bulan) bisa dilepaskan di sawah. Tetapi saat itik siap bertelur harus kembali dikandangkan.
Keuntungan pemeliharaan semi intensif dan intensif adalah produksi telur meningkat dengan bibit berkualitas karena orientasi usaha ekonomis/menguntungkan. Pemberian pakan dan minum lebih terkontrol dengan formulasi pakan yang tepat. “Selain itu mempermudah pengumpulan telur, menghemat tenaga kerja, dan keberadaan penyakit lebih terkontrol,” lanjutnya.
Lebih lanjut Triana menerangkan, untuk perbibitan ternak unggas harus dibedakan antara bibit itik petelur dan pedaging. Itik pedaging memiliki pertumbuhan cepat, bobot badan besar, bentuk badan bulat, (dada dan paha besar, dagingnya banyak), produksi telur rendah. Contoh itik pedaging asalah itik Peking dan itik PMp.
“Sementara itik petelur memiliki pertumbuhan lambat, bobot badan sedang, bentuk badan tinggi langsing, tulang lebih banyak dari pada daging, produksi telur tinggi. Contoh itik petelur adalah semua itik lokal,” terang Triana.
Salah satu rumpun itik lokal di Indonesia adalah Itik Alabio yang berasal dari Desa Mamar, Kec. Amuntai Selatan, Kab. Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Saat ini lokasi penyebarannya hampir di seluruh wilayah Indonesia. Rumpun itik lokal lainnya adalah Itik Mojosari dari Desa Modopuro, Kec. Mojosari, Kab. Mojokerto Jawa Timur.
Triana mengungkapkan bahwa Balitnak telah melakukan seleksi dari rumpun Itik Mojosari sehingga menghasilkan Mojomaster-1 Agrinak. Sementara untuk seleksi rumpun Itik Alabio menghasilkan Alabimaster-1 Agrinak. Seleksi dilakukan untuk mempercepat umur pertama bertelur dan meningkatkan produksi telur.
Dari hasil seleksi, umur pertama bertelur dari Alabimaster-1 adalah 6 bulan dari sebelumnya 7 bulan, produksi telurnya meningkat dari 77 butir menjadi 128 butir per ekor. Sementara untuk Mojomaster-1, umur pertama bertelur dari 7 bulan lebih menjadi 6 bulan, produksi telurnya meningkat dari 83 butir menjadi 121 butir per ekor.
Balitnak kemudian menyilangkan Mojomaster-1 jantan dengan Alabimaster-1 betina menghasilkan Itik Master dengan produktivitas lebih unggul dari itik lokal yang ada di Indonesia. Itik Master ini merupakan itik hibrida (final stock), karena itu Triana menekankan agar telur Itik Master hanya untuk telur konsumsi dan tidak untuk ditetaskan lagi.
Di peternak plasma, umur pertama bertelur Itik Master relatif cepat yaitu 18-20 minggu dengan puncak produksi telurnya bisa mencapai 94%. Rataan produksi telurnya sebanyak 260 butir dengan rasio konversi pakan 3.29. Tahapan pertumbuhan Itik Master meliputi periode starter yaitu dari DOD-2 bulan, periode pertumbuhan grower (2-5 bulan), dan periode produksi telur (5-24 bulan).
Pemeliharaan itik pada periode starter sejak DOD-4 minggu menggunakan kandang panggung dengan alas bahan lunak dengan fasilitas pemanas. Kepadatan kandang 20-25 ekor/m2 dan pakan harus selalu tersedia. Untuk itik umur 4-8 minggu, kepadatan 10-15 ekor/m2, tidak perlu pemanas dan penimbangan setiap minggu.
Saat pertumbuhan grower pada umur 8-18 minggu, pemberian pakan 2-3 kali/hari. Kandang model kelompok dengan kepadatan 6-8 ekor/m2. Bahan lantai kandang terbuat dari semen atau tanah yang dipadatkan dan diberi campuran pasir dan kapur. Ada saluran air dangkal agar itik bisa minum dan membersihkan diri. Penimbangan dilakukan setiap 2 minggu.
Kandang “grower dan layer” di peternak untuk umur 8 minggu sampai afkir bisa menggunakan bambu dan atap terpal plastik. Kapasitas 4-5 ekor/m2. Ukuran kandang 5×2 m2 untuk 40-50 ekor itik dewasa. Kandang juga bisa dibuat semi permanen dengan atap rumbia, model panggung dengan bahan kandang dari bambu, atau model semi permanen dengan atap asbes.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan pakan sesuai tahapan pertumbuhan, kebutuhan air bersih, dan manajemen pengendalian penyakit ternak itik. Prinsip biosekuriti perlu dilakukan melalui pembersihan desinfeksi. Tujuannya, pengendalian hama melalui pembesihan ternak, kandang, dan peralatan setiap hari. Selain itu perlu dilakukan pemusnahan sampah biologis (bangkai hewan dan kotoran) dengan baik.
Faktor pemacu timbulnya penyakit antara lain kepadatan ternak dalam satu kandang, manajemen pemeliharaan yang buruk, sanitasi yang buruk, umur ternak bervariasi, bercampur dengan hewan lain, serta adanya orang yang keluar masuk kandang.