JAKARTA – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) kembali menyelenggarakan Ekspedisi Widya Nusantara (E-WIN) ke Pulau Sumba (Nusa Tenggara Timur), Sulawesi Barat dan Tambrauw di Papua Barat. Tim ekspedisi yang terdiri dari 97 peneliti dan teknisi akan diberangkatkan pada 15 April 2016.
Kepala LIPI Iskandar Zulkarnain mengatakan Indonesia merupakan mega biodiversitas, namun belum semua potensi biodiversitasnya diketahui, baik yang hidup maupun spesimen. Salah satunya adalah Pulau Sumba di Kawasan Wallacea yang memiliki keunikan flora, fauna dan mikrobiologi.
“Kawasan tersebut diyakini memiliki sumber daya alam darat dan laut yang tinggi dan unik karena berada di bagian selatan zona transisi Wallacea, di mana karakteristik biogeografi Indo-Malaya dan Australasia bertemu,” ujar Iskandar dalam keterangan persnya di Jakarta, Jumat (8/4/2016).
Sumba memiliki beberapa flora dan fauna endemik, seperti tumbuhan dari spesies Dehaasia sumbaensis (Lauraceae), Amycema polytrias (Loranthacease) dan Tropodia multiflora (Orchidaceae) dan Fauna endemik Sumba, seperti Julang Sumba (Rhyticeors everetti) dan Celepuk Sumba (Ninox rudolfi).
“Mikrobiologi di Pulau Sumba belum banyak diketahui jenis-jenisnya padahal komunitas ini memiliki potensi pemanfaatan yang tinggi. Untuk itu perlu diidentifikasi lebih lanjut agar bisa dimanfaatkan,” tutur Iskandar.
Iskandar mengatakan tingkat keberagaman dan endemisitas yang tinggi dapat dijadikan modal dasar pembangunan berkelanjutan dan meningkatkan daya saing Indonesia di mata dunia. Industri berbasis bioresources diperkirakan akan maju pesat pada abad ini. “Setiap kegiatan penelitian termasuk eksplorasi bioresources diharapkan membawa kontribusi scientific yang signifikan, serta membawa perubahan,” imbuhnya.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI, Enny Sudarmonowati menjelaskan kawasan timur Indonesia diyakini unik karena adanya interaksi antara Arus Lintas Indonesia (Arlindo) dengan fitur geografi dan geologi yang kompleks. Fitur oseanografi yang sangat berpengaruh di kawasan ini adalah arus laut yang disebut South Java Current (SJC). “Pergerakan arus ini diyakini memicu terjadinya upwelling yang sangat penting bagi sumber daya perikanan,” ungkap Enny.
Selain SJC, proses fisika yang juga diyakini sangat penting di kawasan Sumba adalah tidal mixing, yaitu pencampuran massa air karena pasang surut. Data mengenai proses ini sangat penting untuk pemodelan iklim global, prediksi suhu muka laut, dan pemahaman sumber daya perikanan.
Selain di Pulau Sumba, LIPI juga akan melakukan eksplorasi di Gunung Gandang Dewata, Sulawesi Barat dan Kabupaten Tambrauw, Papua Barat. Tambrauw merupakan kabupaten baru dan telah mencanangkan diri menjadi kabupaten konservasi. “Kedua wilayah ini juga masih sangat minim data keanekaragaman hayatinya,” tutur Enny.
Kegiatan eksplorasi ke wilayah Papua Barat merupakan bagian dari Ekspedisi NKRI bersama Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD. Enny berharap hasil kegiatan E-WIN 2016 dapat menjadi masukan bagi pemerintah lokal mengenai pengelolaan sumber alam di Pulau Sumba.