Jauh sebelum proyek Space Age diwacanakan, manusia berharap Planet Mars bisa menjadi planet alternatif setelah Bumi. Para ahli berasumsi bahwa Mars kelak bisa menjadi kawasan hunian baru manusia dengan syarat ada cukup air di sana. Selama berpuluh dan beratus tahun, para ahli yakin, keberadaan sumber air menjadi syarat utama dan pertama adanya potensi habitat kehidupan di sana.
Beragam upaya dan alat dibuat untuk  melihat apakah ada tanda kehidupan di planet merah itu? Hingga akhir abad ke-19, harapan itu masih sebatas angan-angan. Belakangan, seiring dengan progres iptek yang berhasil diterobos, para astonom abad ke-20 dan ke-21 semakin optimis adanya tanda-tanda kehidupan di Mars.
Menjelang pertengahan April 2015, Scientific American melaporkan bahwa pengukuran menggunakan radar dan model pencairan es glasial menunjukkan planet Mars mengandung banyak sumber air. Para peneliti berani menyimpulkan bahwa gletser di Mars sedikitnya mengandung potensi air hingga hampir 150 miliar meter kubik. Adalah para peneliti dari University of Copenhagen yang melakukan pergitungan tersebut. Analisis mereka pun telah dimuat dalam jurnal Geophysical Research Letters.
Bukti adanya air tentu saja membuka harapan munculnya kehidupan di sana. Setidaknya, kini para ahli bisa memikirkan membangun semacam proyek Biosfir baru di sana. Maka, mimpi membuat migrasi antar planet, dari Bumi ke Mars kini membunvcah kembali. Targetnya, dalam satu atau dua ratus tahun ke depan, Mars siap menjadi hunian warga Bumi.
Teleskop antriksa telah cukup lama memata-matai adanya air es di kutub Planet Merah itu. Tanda-tanda adanya laut kuno mulai banyak dilaporkan muncul di  belahan bumi utara. Pendaratan The Viking konon mengkonfirmasi indikasi adanya  es/ air di bebatuan Mars. Misi Phoenix juga telah  menemukan tanda-tanda air es terkubur beberapa sentimeter di bawah tanah, demikian juga jejak adanya sungai kuno di beberapa permukaan Mars.