Universitas Malaya Jajaki Kolaborasi Riset Terkait Fajar dan Matla’ dengan BRIN

TechnologyIndonesia.id – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Universitas Malaya (UM), Malaysia melakukan penjajakan kerja sama guna memperkuat riset bidang astronomi. Penjajakan ini dilakukan saat Universitas Malaya berkunjung ke Kawasan Sains dan Teknologi Samaun Samadikun, Bandung pada awal Desember 2023.

Pihak Universitas Malaya tertarik untuk berkolaborasi riset terkait fajar dan matla’ yakni salah satu metode penentuan awal bulan komariyah, dan hilal. Selain itu, pihak Universitas Malaya juga menyampaikan ketertariakkannya di bidang kajian astrofisika.

Kepala Pusat Riset Antariksa Emanuel Sungging Mumpuni menjelaskan, beberapa riset yang dilakukan oleh BRIN di bidang astrofisika, space debris, deep space objects, radio telescope, solar system objects, dan astronomi masyarakat  (hilal, kecerlangan langit malam, dan astrotourism).

Emanuel Sungging juga menyebutkan beberapa penelitian berjalan yang dilakukan di lokasi Observatorium Nasional dan kolaborasi dengan beberapa pihak, seperti pengamatan okultasi pluto. Selanjutnya beberapa penelitian sosial untuk masyarakat di sekitar lokasi observatorium, seperti terkait edukasi dan budaya.

“Untuk Obsevatorium Nasional, ada beberapa skema kolaborasi dalam bentuk visiting researcher, assistant researcher, mahasiswa degree by research, atau pelatihan terkait astronomi dan astrofisika,” ungkap Emanuel.

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Antariksa Thomas Djamaluddin, menjelaskan, kolaborasi  dengan  Universitas Malaya, terutama terkait penentuan awal bulan/matla, hilal, falak, mungkin nanti akan dimasukkan ke kelompok riset (pokris) Astronomi dan Observatorium, yang berada di bawah Pusat Riset Antariksa.

“Pokris Astronomi dan Observatorium sendiri terdiri dari tiga sub-kelompok, yaitu astronomi optik, astronomi radio, dan astronomi untuk masyarakat. Kolaborasi di atas tadi bisa dikaitkan dengan sub-kelompok astronomi untuk masyarakat. Beberapa penelitian yang dilakukan di sub-kelompok astronomi untuk masyarakat beberapanya terkait dengan pengamatan hilal, gerhana, dan pasang surut,” ucapnya.

Menurut Thomas, untuk penentuan kalender Islam, harus ada otoritas, harus ada kriteria, dan harus ada batas yang disepakati. Untuk batas atau Matla’, bisa menggunakan batas tanggal internasional.

“Namun, yang lebih masuk akal menggunakan batas tanggal komariyah, yang sifatnya dinamis. Ada juga batas tanggal yang bersifat regional, contohnya di Indonesia itu adalah satu matla’, pemerintah sebagai otoritas bisa menentukan jika salah satu daerah indonesia sudah melihat hilal, maka seluruh wilayah indonesia sudah memasuki tanggal yang baru,” ujarnya.

Thomas menyampaikan bahwa dalam regional juga bisa disepakati, seperti kriteria MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapore) yang terbaru. Matla’ lebih banyak terkait dengan otoritas/pemerintah, wilayah hukum suatu negara/pemerintahan. Untuk negara-negara MABIMS, ingin disepakati bahwa wilayah asia tenggara ini sebagai satu matla.

“Untuk tingkat regional di asia tenggara, otoritas bisa dipegang oleh kementrian agama masing-masing negara di regional tersebut. Untuk asia tenggara, disepakati batasnya adalah wilayah paling barat dari regional tersebut. Kemudian otoritas regional dapat menyepakati berdasarkan matla’ yang sudah disepakati,” jelasnya.

Thomas menambahkan, sebelumnya harus disepakati juga metode pengukurannya menggunakan geosentrik atau toposentrik, karena akan mempengaruhi hasil hisab/pengukuran. Jadi, pekerjaan rumah yang harus disepakati adalah kesepakatan metode geosentrik atau toposentrik serta matla’ untuk regional Asia Tenggara.

Untuk kolaborasi bidang astrofisika, BRIN menawarkan kolaborasi di observatorium nasional Timau, namun mungkin baru bisa dilakukan pengamatan di tahun 2025. Tapi bisa dimulai dulu dengan kajian literatur sambil menentukan objek dan penelitian apa yang ingin dilakukan.

Kolaborasi bisa dilakukan antara BRIN dan UM, bisa dari segi sharing data, join pengamatan, pengolahan dan analisis data. Bisa juga mengajak observatorium bosscha untuk menggunakan data historis mereka. Pengamatan near-earth object, sampai saat ini baru tahap modelling, belum ada instrumen untuk pengamatannya. (Sumber brin.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author