Pencemaran laut sudah semakin mengkhawatirkan. Menurut penelitian, hampir seluruh perairan laut di sekitar kita telah dicemari limbah plastik. Sekitar 300.000 ton plastik telah menutupi seluruh permukaan laut di Bumi. Â Setiap tahun sekitar 5 jutan ton plastik mencemari perairan laut bumi.
Majalah Popular Science (Juni 2015) memuat laporan hasil kajian dari 12 konsorsum riset di Amerika dan Eropa. Dimulai Desember 2014, ke-12 konsorsium itu mengkaji tingkat polusi plastik di sekitar 1.600 titik pengamatan dengan dua pendekaran. Model pertama digunakan untuk memetakan keberadaan limbah plastik dan sirkulasinya. Model kedua mengkaji indikasi dari mana plastik berasal. Dengan menggabungkan data jumlah penduduk pesisir dengan konsumsi plastik dan data limbah manajemen, model menunjukkan di mana plastik yang paling mungkin berasal.
Satu konsorsium dari 12 lembaga penelitian telah mulai mempublikasikan hasil kajian mereka. Menurut perhitungan mereka, lebih 296.000 ton plastik — setara dengan berat sekitar 1.500 ekor paus biru — berpusar di  permukaan laut. Yang paling tebal dan banyak ada di pesisir Laut Cina. “Lautan kita seperti ditutupi lapisan tipis plastik,” kata Marcus Eriksen, direktur penelitian  Five Gyres Institute. Â
Dia yakin, perkiraan itu lebih rendah dari yang sebenarnya. Ini karena model kajian belum memperhitungkan plastik yang telah tenggelam ke dasar laut atau plastik-palstik yang telah dimakan oleh hewan-hewan di laut. Beberapa ilmuwan percaya setiap tahun ada lebh dari  lima juta ton plastik masuk dan mencemari perairan laut di Bumi.  Sekitar 20 persen dari ikan kecil memiliki plastik di perut mereka.
Untuk mencari tahu dari mana semua plastik itu berasal, ahli lingkungan dari Universitas Georgia  Jenna Jambeck dan rekannya baru-baru membuat peta model yang menunjukkan titik-titik potensial asal limbah. Dengan asumsi skenario aktivitas bisnis berjalan dengan laju biasa (standar sekarang), dia memperkirakan limpahan limbah plastik akan dua kali lipat lebih banyak dalam satu dekade ke depan. Untuk menghindari kekacauan di masa depan, kata Jambeck, “kita harus memperlambat laju masuknya plastik ke lautan.’’
Keberadaan plastik tidak merata di kolom air vertikal lautan – beberapa mengapung, beberapa tenggelam, dan beberapa terjebak di tengah. Kebanyakan jenis plastik, seperti bekas kemasan yoghurt, masuk ke fragmen yang mengambang. Arus laut memang bisa membawa potongan plastik turun beberapa meter ke bawah permukaan. Namun, mereka akhirnya mengapung kembali. Di sebagian besar titik pengamatan, hanya sedikit saja bagian permukaan laut yang bebas dari pusaran limbah plastik.
Beberapa peneliti berpandangan bahwa sebagian kecil plastik mengambang dan tidak bisa tenggelam. Sebagian besar justru beredar di antara permukaan dan tenggelam. Sejumlah potongan-potongan sangat kecil bisa berubah secara kimia oleh begitu banyak mikroba laut. Tapi potongan lainnya justru bisa ikut terseret kemana-mana mengikuti pusaran arus laut. Bayangkan, ada triliunan potongan plastik berpusatr terus di lautan kita, Eriksen.
Jenis lain dari plastik, seperti botol minuman, biasanya segera tenggelam. Studi menunjukkan dasar laut – biasanya 4.000 sampai 6.000 meter di bawah – dipenuhi oleh limbah plastik sepetti ini.  Menurut peneliti The Ocean Cleanup,  sekitar 65% plastik di lautan berkumpul di wilayah utara khatulistiwa.