Jakarta, Technology-Indonesia.com – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mencetuskan Program Desa Tani sebagai solusi meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat pedesaan. Wilayah pedesaan di Indonesia sebagian besar penduduknya hidup dengan bercocok tanam atau bertani.
Desa Tani merupakan program yang dipelopori Pusat Riset Kesejahteraan Sosial, Desa, dan Konektivitas (PR KSDK), Organisasi Riset Tata Kelola Pemerintahan, Ekonomi, dan Kesejahteraan Masyarakat (OR TKPEKM) BRIN.
Kepala PR KSDK Alie Humaedi menjelaskan Desa Tani merupakan proses penguatan karakter desa pertanian beserta upaya pendampingan masyarakat, upaya dalam meningkatkan kesejahteraan sosial. Alie menjelaskan pada 2023 menjadi tahun besar bagi BRIN, khususnya PR KSKD dengan dicetuskannya Program Desa Tani.
Alie menjelaskan bahwa Desa Tani menjadi salah satu bentuk dari upaya membangun Laboratorium Desa Kesejahteraan Sosial yang dikembangkan pusat riset yang saat ini ia pimpin. Tujuannya untuk pendampingan dan pemberdayaan masyarakat petani pedesaan.
“Dengan bekal ini, mereka dapat meningkatkan kesejahteraan ekonominya, yang di dalam proses aksinya akan menjadi catatan penting berjalan untuk produksi pengetahuan,” ungkap Alie kutip Technology-Indonesia.com dari laman brin.go.id pada Selasa (28/2/2023).
Menurutnya, target yang ingin dicapai adalah pengembangan livelihood system untuk sektor pertanian dari hulu hingga hilir, serta menjauhkan masyarakat dari praktik yang merugikan kehidupannya.
Alie membeberkan proses yang dilakukan selama ini untuk mewujudkan program tersebut. Tahapannya tentu saja mengikuti prosedur riset aksi, dari proses identifikasi masalah hingga penyelesaian solusi bersama dengan masyarakat petani.
Namun ketentuannya, masyarakat tidak boleh menjadi objek penelitian, melainkan menjadi subyek penelitian yang terus bergerak bersama dengan mengikuti arahan para peneliti.
Alie menuturkan, tim risetnya telah melakukan langkah awal yaitu telah pada tahapan pemberian stimulasi berdasarkan pohon masalah yang dinyatakan dan dirumuskan masyarakat. Stimulasi yang dimaksud yaitu Festival tradisi desa tani dengan tujuh rangkaian kegiatan.
Harapannya, hasil dari proses sejak awal dan keberlanjutannya dapat menjadi data penting dalam penulisan produksi pengetahuan seperti KTI Global. Menurut Alie, setidaknya ada 8 draft rumusan KTI Global yang disiapkan berdasarkan proses penguatan terkait desa tani tersebut.
Suksesnya Desa Tani akan membawa dampak besar bagi masyarakat. Mereka akan memiliki tingkat literasi lebih tinggi terkait dunia pertanian yang seharusnya mereka pahami dan kuasai. Khususnya, terhadap seluruh rangkaian pengembangan aktivitas ekonomi pada seluruh lini yang ada.
“Sehingga masyarakat tidak lagi hanya terjebak di sektor hulu saja,” tegasnya.
Perlu Kolaborasi
Walaupun program diharapkan terus berlanjut dan berkembang implementasinya, namun Alie menjelaskan, target sementara masih berada pada tahapan pemberian stimulasi. Rencananya, model keberlanjutannya ditetapkan dengan penguatan aktor dan aktivitas hilir.
“Kami akan menggandeng Kementerian Pertanian dengan skema program YESS untuk bisa dikembangkan di desa tani,” ungkapnya berangan.
Alie berharap nantinya ada kolaborasi dengan para pihak, seperti pemerintah, industri, dan lainnya. Sementara, di internal sendiri, penguatan kapasitas sivitas PR KSDK menjadi prasyarat utama. Maka, pihaknya tentu saja akan membangun kerja sama lintas kelompok riset (Kelris).
Sehingga hal tersebut tidak hanya menjadi tanggung jawab Kelris pemberdayaan masyarakat dan transformasi sosial saja. Semua bisa terlibat.
Alie menyayangkan, BRIN secara institusi belum menjadikan kegiatan ini sebagai sesuatu yang diprioritaskan, sehingga ia merasa dukungan dari internal kurang maksimal. Sebab, menurutnya, aktivitas riset aksi sebenarnya sangat mahal.
Karena harus mendorong dan memberikan stimulasi efektif bagi literasi, adopsi, dan adaptasi teknologi yang berbasis sumber pengetahuan lokal ataupun global. Hal itu yang memungkinkan ada kesesuaian dengan nilai lokal yang berkembang.
Menurut pendapatnya, BRIN secara kelembagaan belum menganggap skema strategis tersebut sebagai bagian penting dari science for society. “Ada kecenderungan kuat BRIN hanya menjadi mercusuar tanpa menyentuh ke akar rumput,” ungkapnya.
Cara pikir seperti demikian membuat kendala stimulasi menjadi besar. Lantas demikian, Alie tetap optimis, ke depan akan ada perubahan dan penerimaan yang cukup baik dalam pengembangan riset aksi pada desa tani.
Selain Desa Tani, Alie juga mengungkapkan program yang tak kalah penting dan menarik. Pihaknya juga tengah menyiapkan skema pembangunan dan pendampingan Desa Asri dan Sejahtera Dukungan Penyeberangan (Desa ASDP). Gagasan Desa ASDP menjadi bagian tidak terpisahkan dalam skenario Riset Aksi PR KSDK yang dipeloporinya. (Sumber brin.go.id)