Inovasi Agroindustri dan Bioteknologi BPPT Tingkatkan Perekonomian Rakyat

alt
 
SERPONG – Dalam upaya menginformasikan capaian inovasi-inovasi teknologi di bidang pangan, pertanian dan kesehatan sepanjang 2016, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menggelar “Innovation of Bioeconomics on Agroindustri Program 2017.” Acara ini berisi presentasi 22 program dan 48 kegiatan dengan tema Inovasi Teknologi di bidang Agroindustri dan Bioteknologi untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.
 
Untuk menciptakan dan mengembangkan produk-produk inovasi di bidang pangan, pertanian, dan kesehatan, BPPT memanfaatkan bioteknologi, biologi molekuler, precision farming, teknologi nano, teknologi pasca panen, teknologi enzim, teknologi informasi komunikasi, serta pemanfaatan sumberdaya alam di Indonesia.  Penggunaan beragam teknologi tersebut menjadikan produk-produk inovasi BPPT memiliki keunggulan komparatif.
 
Deputi Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi (TAB) – BPPT, Eniya Listiyani Dewi mengatakan salah satu fokus program pada 2017 adalah pengembangan pati farmasi sebagai bahan baku obat. Selama ini, kebutuhan pati farmasi sebagai filler obat tablet dipenuhi dari seratus persen impor. Untuk mensubtitusi impor tersebut, BPPT mengembangkan singkong sebagai bahan baku pati farmasi. 
 
“Singkong menjadi kandidat bahan baku obat dan sudah selesai diteliti oleh BPPT. Sekarang kita ingin skill up dan menaikkannya menjadi pharmaceutical grade. Tujuannya, kita ingin petani bisa menjual singkong dari seribu rupiah perkilo menjadi Rp 20 ribu sampai Rp 30 ribu perkilo kalau sudah jadi bahan baku obat,” kata Eniya di sela-sela acara “Innovation of Bioeconomics on Agroindustri Program 2017”di Puspitek Serpong, Senin (30/1/2017). 
 
Fokus lainnya adalah diversifikasi pangan. Eniya mengatakan, BPPT sudah berhasil membuat beras sagu dengan indeks glikemiknya sangat rendah sehingga sangat cocok untuk penderita diabetes. “Nanti bisa dikembangkan lagi untuk kita deliver ke berbagai area. Kita ingin membuat beras sagu ini menjadi konsumsi pangan semua orang,” ungkapnya. 
 
Menurut Eniya, selama ini beras sagu di pasaran harganya agak mahal sampai Rp 30 ribu hingga Rp 40 ribu, karena biaya produksi di laboratorium Rp 18 ribu. Melalui produksi massal di balai besar, biaya produksinya bisa turun sampai Rp 10 ribu. Dengan begitu reseller atau indutri yang memasarkannya bisa mempunyai margin yang tinggi. Sebab, sekarang yang punya healthy life style itu masih kelas menengah ke atas. 
 
Fenomena yang perlu disiasati, lanjut Eniya, hasil analisa atau hasil data menunjukkan bahwa yang memiliki penyakit diabetes paling tinggi adalah masyarakat ekonomi lemah, karena pola makan yang tidak teratur. “Kita menyiasatinya dengan produksi massal sehingga harga bisa diturunkan sampai margin terkecil dan bisa bersaing dengan beras biasa,” kata Eniya.
 
Untuk teknologi benih, BPPT lebih mengarah ke layanan agar bibit-bibit unggul bisa tersebar dengan baik serta perbanyakan bibit dengan teknologi ex vitro. Contoh bibit unggul inovasi BPPT adalah bibit jagung BR-4 dan BR-2 yang sudah tersertifikasi. Selain tahan penyakit, jagung ini bisa tahan di lahan kering dan tidak memerlukan air terlalu banyak. Jagung ini memiliki masa tanam lebih pendek yaitu 85 hari. Jagung biasa masa tanamnya 110 hari. Sehingga satu tahun bisa empat kali panen dengan produktivitas 10-11 ton per hektar.
 
Kegiatan ini dihadiri lebih dari 200 peserta dari BPPT, LIPI, BATAN, dan kementerian terkait seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Kesehatan, serta mitra kerja lainnya. Acara ini diharapkan dapat menjadi wahana menjalin interaksi dan memperkenalkan program-program BPPT kepada masyarakat luas.
 
Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author