Saat ini, para petani kelapa sawit mengalami kesulitan pendanaan untuk meningkatkan produktivitas dan hasil panen serta pergantian tanaman baru (replanting). Pendanaan juga diperlukan untuk penyedian bibit unggul bersertifikat.
Hasil produksi sawit petani rakyat hanya dua ton buah segar per hektar. Sementara di Negari Jiran mencapai dua hingga tiga kali dari Indonesia. Hasil produksi ini juga terpaut jauh dengan hasil tanaman perkebunan sawit perusahaan swasta.
Padahal, areal perkebunan sawit milik petani rakyat berkisar 4,55 juta hektar atau 41,55% dari total seluruhnya perkebunan sawit nasional. Sementara, PTPN milik BUMN seluas 0,75 juta hektar atau 6,83%. Sedangkan swasta lokal dan asing menguasai cakupan luas 5,66 juta hektar setara 51,62%.
Dalam rangka peningkatan kualitas, Menko Maritim dan Sumberdaya, Rizal Ramli meminta pihak perbankan nasional dapat memberikan kucuran kredit dengan berbagai kemudahan, seperti berbunga rendah dengan berbagai kemudahan prasyarat. “Kucuran kredit ini bisa dengan pola para penjaminnya para intiplasma di masing-masing wilayah operasi, apakah itu BUMN maupun swasta,” tegas Rizal Ramli dalam acara Sosialisasi Program Kementerian Maritim dan Sumberdaya di Jakarta, Kamis (18/2/2016).
Direktur Bank Rakyat Indonesia (BRI), Asmawi Syam, menyatakan BRI siap memberikan bantuan kredit bagi petani rakyat kelapa sawit yang jumlahnya tidak sedikit. “Bantuan tersebut langsung kami tujukan kepada petani plasma binaan. Tentunya para intiplasma dapat memberikan penjaminan kredit tersebut. Banyak program kredit yang dapat dimanfaatkan bagi para petani sawit rakyat,” tegas Asmawi pada acara pengumuman Lomba Foto Membangun Perekonomian Bangsa Melalui UMKM di Jakarta, Jumat, (19/2/2016)
Mengenai jumlah kucuran kredit BRI kepada para petani sawit rakyat ini, Asmawi tidak memberikan besaran angkanya. “BRI akan siap memberikan kucuran kredit bagi plasma petani kelapa sawit. Berapa besarannya akan kami liat dari kebutuhan para petani tersebut,” pungkas Asmawi. Albarsah