Pengawetan Produk dengan Iradiasi Lebih Aman dan Murah

alt

 
Jakarta, Technology-Indonesia.com – Statistik menunjukkan 60 persen produk pascapanen mengalami kerusakan. Karena itu, pengiriman produk pangan di dalam negeri maupun ke luar negeri memerlukan teknologi pengawetan. Salah satunya, melalui teknologi iradisi yang bisa dilaksanakan di Irradiator Gamma Merah-Putih (IGMP) di Kawasan Puspiptek, Serpong.
 
Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Djarot Sulistio Wisnubroto mengatakan fasilitas IGMP bisa dimanfaatkan untuk proses pengawetan produk pangan, alat kesehatan, produk farmasi, dan kosmetika. Fasilitas IGMP merupakan hasil kerja sama antara Batan dengan pihak Izotop Hongaria yang dibangun di kawasan Puspiptek, dan telah memperoleh izin Badan Pengawas Teknologi Nuklir (Bappeten). 
 
“Pengawetan produk dengan teknologi irradiator ini, memberikan manfaat lebih karena lebih aman, murah, dan tidak berdampak buruk pada produk maupun kesehatan konsumen, tanpa perlu penambahan zat kimia sebagai pengawet” kata Djarot di sela-sela acara Sosialisasi Irradiator Merah Putih kepada pelaku UMKM di Puspiptek Serpong, Rabu (28/2/2018).
 
Acara sosialisasi ini diikuti sekitar 350 pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) seKota Tangerang Selatan dan Kabupaten Bogor, yang tergabung dalam Forum “Tangsel Berdaya” dan “Bogor Berdaya”.
 
Menurut Djarot, tujuan pemanfaatan iradiasi antara lain untuk pengawetan buah. Pengiriman mangga dari satu lokasi ke lokasi lain di negara kepulauan seperti Indonesia kadang cepat busuk. Untuk keperluan ekspor, mangga juga harus bersih dari lalat buah atau serangga. Jamu herbal dari Jawa mau diekspor ke Rusia harus bebas dari mikrobanya. Karena itu perlu iradiasi.
 
Teknologi iradiasi bisa dimanfaatkan untuk perlakuan karantina pada sayur dan buah segar, menunda pematangan buah-buahan, membasmi serangga, mengurangi jumlah mikroba pada bahan pangan, pengawetan bahan pangan, sterilisasi alat, dan lain-lain. Teknologi ini sudah dipakai di 60 negara di dunia.
 
“Di Indonesia tantangannya karena masyarakat masih khawatir dengan iradiasi. Padahal di luar negeri tidak masalah. Tapi itu bagian yang harus kita sosialisasikan, apa itu iradiasi, dan apa itu nuklir, apakah aman atau tidak,” terangnya.
 
Menurut Djarot, IGMP menggunakan Cobalt 60 yang ditempatkan dalam bunker kedap radiasi yang dijaga sistem keamanan aktif. Dosis radiasi yang dikeluarkan juga tidak melebihi ketentuan dosis radiasi aman bagi masyarakat umum. Selain itu IGMP juga menerapkan sistem pertahanan berlapis yang biasa diaplikasikan di reaktor nuklir.
 
IGMP sudah diresmikan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla pada 15 November 2017 lalu. Karena itu, harus dipromosikan secara terus menerus agar bisa dimaksimalkan. “Kita gunakan bahasa sederhana agar para pebinis tertarik dengan alat ini,” ucapnya.
 
Terkait daya tahan produk setelah diiradiasi, menurut Djarot tergantung pada produk yang diiradiasi. Misalnya, rendang bisa tahan 18 bulan. Makanya Pemerintah Sumatera Barat ingin diiradiasi agar bisa diekspor. 
 
Sementara untuk pengawetan buah tergantung pada tingkat kematangan buah ketika diproses. Ketika masih mentah buah bisa tahan lama. Tapi ketika diproses buah sudah matang otomatis tidak bisa jamin berapa minggu masih segar, tetapi paling tidak bisa memperpanjang kesegarannya.
 
Djarot mengungkapkan, sudah ada beberapa industri yang memanfaatkan IGMP karena harganya lebih kompetitif. Bahkan ia menjamin harganya lebih murah 40 persen daripada proses iradiasi ke pihak lain. Saat ini, IGMP sedang memproses sekitar 6 ton bumbu cabe, dan ada yang sudah menjadi langganan yaitu teh celup. 
 
Sebenarnya di dunia internasional, produk yang sudah menjalani proses radiasi harus mencantumkan label/tanda hijau bernama Radura. Sayangnya, beberapa produsen belum mau menyertakan label tersebut, mungkin karena tidak ingin diketahui masyarakat.
 
Padahal memakai iradiasi lebih aman karena tidak menggunakan bahan kimia. Selain lebih murah, proses iradiasi tidak mengubah apapun dari produk tersebut, pungkas Djarot. 
 
Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author