JAKARTA – Dalam rangka Pengembangan Gizi Remaja Putri, JAPFA Foundation bersama Konsorsium Indonesia Bergizi menggelar Konferensi Indonesia Bergizi (KIB) 2016 di Jakarta. Konferensi ini berisi berbagai program edukasi peningkatan gizi dan budaya hidup sehat memanfaatkan limbah menjadikan potensi penghasilan keluarga kurang mampu.
Minimnya kesadaran gizi pada remaja putri, mendorong JAPFA Foundation mempertemukan berbagai kalangan untuk ciptakan rancangan program gizi di Indonesia. KIB jilid dua bertema “Perbaikan Gizi Remaja Putri Melalui Sinergi Kemitraan” ini mempertemukan berbagai kalangan mulai dari pemerintah, funder, intermediaries, implementer (operator dan akademisi) untuk berkolaborasi merancang program peningkatan gizi anak dan remaja Indonesia berdasarkan pemetaan nasional dan program pemerintah di sektor gizi dan nutrisi.
Head of JAPFA Foundation, Andi Prasetyo menyatakan, kini Indonesia dihadapkan pada permasalahan gizi yang cukup kompleks. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan remaja berusia 13-18 tahun memiliki tingkat kecukupan energi sebesar 72,3% dengan proporsi pengonsumsi kurang dari 70% Angka Kebutuhan Energi (AKE), yakni hanya sebesar 52,5%. Demi mengatasi permasalahan tersebut, dibutuhkan sebuah solusi yang konkret secara bersama-sama, terang Andi Prasetyo saat konferensi berlangsung di Jakarta, Selasa (6/12/2016).
Pada acara tersebut, stand pamaren Yayasan JAKPUS mengedukasi masyarakat tentang pentingnya asupan makanan bergizi serta juga bagaimana memanfaatkan sampah rumah tangga organik. Sampah dari sayuran, tumbuhan, buah-buahan dapat diolah kembali menjadi hal yang bermanfaat dan berguna.
Sampah organik dapat menjadi pupuk cair dan gas metan. Pupuk cair tersebut dapat digunakan sebagai pupuk sayuran yang dapat menumbuhkan sayuran-sayuran tumbuh besar dan sempurna, bebas hama dan obat pestisida. Sampah organik juga menghasilkan gas metan yang bisa dimanfaatkan untuk memasak kebutuhan rumah tangga.
Ketua Yayasan JAKPUS, Rhesa Yogaswara menegaskan, hanya dengan mengumpulkan sampah 50 Kg per hari, bisa menghasilkan pupuk organik 145 liter sebulan, yang dapat menumbuhkan Urban Farming di Jakarta seluas 600m2.
Program Yayasan JAKPUS ini mengedukasi masyarakat dan memberdayakan wanita atau ibu rumah tangga agar lebih produktif. Sampah bekas makanan dapat dijadikan pupuk sehingga sayuran bebas Pestisida untuk asupan gizi masyarakat dan penghasilan tambahan bagi keluarga. Program ini akan disosisialisasikan sampai ke tingkat Rukun Warga (RW) melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) berbagai pihak yang akan peduli terhadap lingkungan.