Mengkonversi Biomassa Menjadi BBM di Bantaran Kali

Melalui laboratorium mini di bantaran kali code, Prof. Ir. Arief Budiman, M.S., D.Eng melakukan penelitian untuk mengkonversi biomassa menjadi bahan bakar minyak.
 
Bangunan berukuran 7×6 meter berdinding batako itu sekilas mirip gudang. Selama dua tahun terakhir, di bangunan tanpa plafon ini, Arief (53) menguji ampas tandan kosong kelapa wasit dan ampas tebu untuk dijadikan bahan bakar minyak melalui Integrated Authothermal Technology.

Ia sengaja mendirikan bangunan di pinggiran sungai, agar ada proses pembakaran biomassa tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar. “Kini dari ampas keduanya sudah bisa dihasilkan gasoline dan kerosene, sumber bahan bakar cair untuk premium, minyak tanah dan avtur,” pakar teknik kimia Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.

Menurutnya, alasan pemilihan tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan baku, karena Indonesia merupakan produsen kelapa sawit nomor dua di dunia. Pada proses pengambilan minyak CPO dari kelapa sawit dihasilkan limbah padat, sekitar 30-40 % berupa tandan kosong, cangkang, pelepah dan batang sawit.
 
Produksi sawit di Riau saja sekitar 6 juta ton per tahun, dengan limbah berkisar 1,8-2,4 juta ton. Limbah ini bisa dimanfaatkan untuk engine fuel karena limbah biomassa ini mengandung senyawa sellulosa, hemiselulosa dan lignin.
 
Lewat Integrated Authothermal Technology, Arief bersama rekan peneliti lainnya mengembangkan teknologi autothermal yang merupakan kombinasi pirolisis cepat dan lambat. Teknologi ini tidak memerlukan penggunaan sumber panas dari luar. Alat yang digunakan berupa reaktor pirolisis, yaitu cyclone untuk memisahkan hasil gas dan padat dan condenser untuk mengembunkan gas hasil.
 
Dari proses pirolisis limbah padat ini nantinya dihasilkan gas yang berupa bio-oil.  Melalui proses cracking dengan menggunakan katalis berbasis limbah biomassa atau oksidasi parsial, bio-oil diubah menjadi gasolin dan kerosene.
 
Melalui proses pirolisis selama dua jam, dua kilogram ampas tandan kosong kelapa sawit mampu menghasilkan 80 mililiter bio-oil. Sementara, proses pemisahan bio-oil menjadi gasoline dan kerosene hanya membutuhkan waktu 30 menit.
 
Untuk kapasitas yang lebih besar tentu membutuhkan alat yang lebih besar pula. Saat ini, Arief mencoba menawarkan ke pemerintah atau industri untuk bekerjasama mengembangkan teknologi pengembangan biomassa sebagai sumber bahan bakar baru dan terbarukan. Sumber Humasristek/www.ugm.ac.id

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author