Printer 3D Rakitan Mahasiswa ITS

Mahalnya harga printer tiga dimensi (3D) tak menyurutkan niat tiga mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya untuk memilikinya. Aditya Brahmana, Didik Purwanto, dan Farras Kinan akhirnya memilih untuk merakit sendiri. Tak disangka, printer 3D rakitan mereka menyabet juara pertama kategori Embedded System dalam Pagelaran Mahasiswa Nasional bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (GEMASTIK) 6 tahun 2013.  
 
Ketiga mahasiswa penggila teknologi ini terobsesi untuk memiliki printer 3D. sayang harga printer 3D berkisar Rp 20 juta lebih. Tiga mahasiswa angkatan 2011 ini akhirnya mencoba membuat printer 3D versi mereka. Mereka hanya mengadopsi teknologi dari printer yang ada di pasaran itu, ungkap Aditya.  

Printer produksi luar negeri itu mampu mencetak bentuk apapun dalam desain 3D. Baik gambar bangunan, patung, maket, atau desain 3D lainnya. Bahkan menurut Aditya, saat ini printer tersebut sedang dikembangkan untuk mencetak jantung. “Tintanya dari sel-sel darah yang ada di tubuh manusia,” jelasnya.
 
Teknologi yang digunakan ialah Additive Manufacturing, yakni proses pembuatan benda padat tiga dimensi yang berasal dari sebuah model digital. Teknik ini diimplementasikan secara berurutan mulai dari pencetakan lapisan paling bawah hingga lapisan paling atas. Urutan tersebut didasarkan pada koordinat yang telah ditentukan lewat software desain tiga dimensi.
 
Menurut Aditya, printer 3D rakitan mahasiswa ITS ini tergolong sederhana karena baru bisa mencetak objek yang berasal dari tinta plastik saja. Objek yang dicetak pun masih satu warna, tergantung warna tinta plastik yang dimasukkan. Mereka menggunakan tinta plastik jenis PLA Polilatic Acid.
 
Pada waktu merakit printer 3D, mereka mendapatkan beberapa kendala. Salah satunya ialah membedakan fungsi beberapa microcontroller. Mereka pun harus mencoba satu per satu untuk mengetahui fungsi microcontroller yang paling maksimal.

Setelah mendapatkan cetakan terbaik, mereka mengikutsertakan printer 3D tersebut ke beberapa kompetisi teknologi. Ternyata, sambutan masyarakat cukup tinggi terhadap printer rakitan mereka.  
 
Merakit printer 3D tentu saja bukan perkara mudah. Untuk mematangkan konsepnya saja, mereka membutuhkan waktu tiga bulan. Selanjutnya proses perakitan secara manual selama tiga bulan. “Kami mengerjakannya pun tergantung kemauan,” ujar Aditya.
 
Dana yang dihabiskan untuk membuat printer 3D hanya berkisar Rp 5 juta. “Bagi kami, nilai tersebut cukup murah,” katanya.
 
Selanjutnya, mereka berkomitmen untuk mengembangkan printer 3D tersebut hingga bisa mencetak dua warna. Di samping itu, mereka juga berharap printer tersebut bisa dinikmati oleh masyarakat luas. sumber its.ac.id/humas ristek

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author