Peneliti Temukan Bahan Bakar Beremisi Air

Bahan_Bakar_Air
Pengguna roda empat di Indonesia  pada 2025 tidak  lagi bergantung pada bahan bakar bensin. Karena pada masa itu akan lahir bahan bakar selain bensin yang ramah lingkungan.   Pada masa itulah hasil penelitian Prof.Ismunandar, Ph.D dari Institut Teknologi Bandung bisa dinikmati masyarakat luas.

Energi alternatif yang dikembangkan oleh Ismunandar berupa sel pembakar padatan oksida yang menghasilkan listrik. Teknologi ini untuk jangka menengah menjadi sumber listrik yang bisa digunakan kalangan industri. Sementara untuk jangka panjang bisa menggantikan bensin pada kendaraan bermotor roda empat.

Hebatnya lagi, dengan penggunaan elektrolit padat tersebut emisi yang dihasilkan berupa air. Itu sebabnya selain merupakan alternatif baru pengganti bahan bakar bensin, sel bahan bakar padatan oksida juga ramah lingkungan.    

Upaya Ismunandar dalam menghasilkan energi alternatif yang dituangkan dalam proposal berjudul “Pengembangan Elektrolit Padat untuk IT-SOFC Berbasis Ceria Doping Ganda” telah berhasil memikat tim penilai pencarian peneliti muda.  Sehingga juri pun memutuskan Ismunandar sebgai salah satu penerima penghargaan peneliti muda dan berhak mendapatkan bantuan dana sebesar Rp75 juta.

Ismunandar tidak sendirian, bersama empat peneliti muda lainnya Rabu (22/6) di Jakarta menerima penghargaan dan bantuan dana hibah dari Biro Oktroi Roosseno dalam rangka peringatan berdirinya Biro Oktroi Roosseno ke-60 tahun. Ke empat peneliti itu adalah Irawan Wijaya Kusuma dari Universitas Mulawarman, Samarinda Kalimantan Timur, Josephine Elizabeth Siregar dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Ronny Martien dari Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, dan Yanti dari Universitas Atma Jaya Jakarta.

Kelima peneliti muda tersebut berhasil mengalahkan 253 peserta lain dari 67 Perguruan Tinggi dan 21 lembaga penelitian pemerintah yang berada di 30 provinsi.

Ketua Panitia Seleksi Program Bantuan Dana Penelitian Satryo Soemantri Brojonegoro mengatakan, dari 258 proposal yang masuk setelah diseleksi menjadi 27 semi finalis, kemudian disaring menjadi 8 dan akhirnya panitia memutuskan ada lima pemenangnya. “Semuanya bagus, bagus, tapi dengan kerja keras kami berhasil mendapatkan 5 terbaik. Satu orang yang mengambil tema energi alternatif, satu orang bidang ketahanan pangan dan tiga orang bidang keanekaragaman hayati,” kata Satryo.

Sementara Direktur Utama Biro Oktroi Roosseno, Toeti Heraty N.Roosseno mengatakan pemberian penghargaan kepada peneliti muda merupakan dukungan nyata kepada peneliti yang tekun dibidangnya untuk berkarya mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. “Kami juga ingin memberikan motivasi untuk melakukan penelitian yang mengarah pada solusi masalah krisis energi, ketahanan pangan dan kesehatan,” ujar Toeti.

Dana hibah yang diterima kelima peneliti itu akan digunakan untuk melanjutkan penelitiannya selama setahun. Toeti berharap penelitian itu bisa menerobos ke industri dan bisa dimanfaatkan masyarakat luas. “Jika dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, selanjutnya hasil temuan para peneliti itu bisa dipatenkan,” katanya.

Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia Sangkot Marzuki yang juga hadir pada pemberian penghargaan itu menyambut baik gagasan Biro Oktroi Roosseno yang mendukung peneliti muda menghasilkan penelitian inovatif. “Ini sesuai dengan fungsi AIPI  dalam melakukan advokasi untuk memacu perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia,” tutur Sangkot.***

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author