Menyadari adanya pro-kontra soal riset editing genom manusia, Francis Collins, direktur National Institute of Health (NIH) AS menyampaikan sikap resmi pemerintah AS. Menurut tokoh penting dalam riset genom manusia itu, Pemerintah AS telah memutuskan untuk tidak mendanai propossal riset editining genom manusia. ‘’Secara formal, pemerintah tidak setuju adanya editing genom manusia. Segala upaya riset ke arah situ dimoratorium,’’ tegasnya.
Scientific American dan Popular Science terbaru melaporkan, segala bentuk riset yang mengarah pada upaya editing genom manusia dinyatakan tyerlarang secara etuka ilmiah. Alasannya, ada masalah keamanan serius dan tidak bisa diabaikan, tambahnya, Sikap NIH yang konservatif tidak terlalu mengherankan, karena pemerintah federal selama ini memang telah cukup konservatif pada penelitian terhadap genom embrio pada umumnya. Sekalipun menjanjikan adanya teronosan untuk mengatasi problem penyakit genetik, teknik editing gen dinilai amat riskan. Modifikasi dan editing dikhawatirkan dapat menyebabkan kerusakan pada seluruh genom embrio manusia.
Sebelumnya, seperti dilaporkan sejumlah media asing, termasuk portal teknologi ini, memasuki akhir April 2015, pakar biologi molekuler Cina mengejutkan masyarakat ilmiah internasional. Majalah Discovery melaporkan, tim riset Universitas Sun Yat-sen di Guangzhou telah berhasil mengedit genom embrio manusia. Ini rekayasa genetik pertama pada embrio manusia.
Hasil riset tersebut telah diterbitkan dalam jurnal Protein & Cell dan Nature terbaru. Laporan itu tentu saja menghebohkan publik ilmiah karena adanya masalah etik. Secara etis, upaya mengubah genom manusia meski dengan dalis riset masih dipersoalkan.
Dalam studi tersebut, peneliti Cina telah berusaha mengganti gen yang ditengarai menyebabkan penyakit kelainan darah β-thalassemia. Mereka menggunakan teknik editing gen yang disebut CRISPR / Cas9 pada sel tunggal embrio manusia. Teknik ini memungkinkan peneliti dapat memotong dan memodifilkasi susunan DNA pada lokasi yang diinginkan.
Upaya riset ‘berani’ dinilai tidak terlalu sukses. Nature melaporkan bahwa penggantian gen bermasalah dengan gen normal hanya berhasil pada sebagian kecil sampel. Dari 86 embrio yang dicoba, hanya sebagian kecil (enam sampel) sukses. Teknik editing CRISPR / Cas9 justru berpotensi memicu adanya mutasi baru yang tidak diinginkan terjadi dalam genom embrio manusia.
Adanya modifikasi yang berpotensi memicu mutasi gen adalah alasan penting, mengapa modifikasi genom manusia masih diperdebatkan kebolhannya. Salah satu kekhawatiran terbesar dari langkah mengedit embrio manusia adalah bahwa setiap perubahan yang dibuat dapat diwariskan melalui mekanisme yang tidak dikenali sepenuhnya. Lebih mengerikan lagi, jika mutasi yang tidak dikehendaki itu justru tidak dapat diramalkan, apalagi dikendalikan.
Untuk alasan itulah, sekitar 170 aliansi lembaga riset, perusahaan medis, akademisi dan praktisi peneliti dan kelompok pasien kemudian menyerukan moratorium riset editing genom pada embrio manusia. “Sebagai karya riset, teknik CRISPR / Cas9 pada genom embrio manusia mungkin saja bermanfaat. Tetapi, upaya nekad ini menjadi peringatan yang berbahaya,’’ kata George Daley, seorang ahli biologi sel dari Harvard Medical School di Boston.