Peneliti BRIN: Perilaku Makan Dugong Pengaruhi Cadangan Karbon di Padang Lamun

TechnologyIndonesia.id – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menangani dua kejadian kematian dugong di perairan Kendawangan, Kalimantan Barat, dalam waktu yang berdekatan yaitu tanggal 15 dan 18 Juni 2025. Dugong merupakan satwa laut yang dilindungi secara penuh serta masuk dalam daftar Apendiks I CITES dan status rentan (vulnerable) oleh IUCN.

Si sapi laut yang lucu dan menggemaskan ini memiliki penting dalam menyimpan karbon di laut. Mamalia laut ini ikut menjaga keseimbangan iklim lewat interaksinya dengan padang lamun yang menjadi rumah sekaligus makanan utamanya.

Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Sekar Mira mengungkapkan bahwa perilaku makan dugong ternyata mempengaruhi cadangan dan aliran karbon di ekosistem pesisir, khususnya padang lamun.

“Selama ini, kita tahu bahwa lamun menyimpan karbon biru. Sedangkan spesies ini satu-satunya jenis mamalia laut yang benar – benar hanya mengandalkan vegetasi atau seagrass sebagai makanan utama,” ungkap Mira dikutip dari laman brin.go.id pada Rabu (2/7/2025).

Mira pun mencermati apakah spesies ini menghabiskan stok karbon saja atau memiliki peran lain juga dalam siklus karbon biru tersebut. Karbon biru merupakan karbon yang tersimpan di ekosistem pesisir dan laut, seperti mangrove, padang lamun, dan rawa pasang surut.

Ia menerangkan bahwa selama ini kajian tentang karbon biru lebih banyak berfokus pada vegetasi laut. Ia menunjukkan bahwa aktivitas herbivori dugong — termasuk asupan makanan, ekskresi, hingga interaksinya dengan lamun — juga memberikan kontribusi terhadap siklus karbon di wilayah pesisir.

Penelitian ini mengangkat pendekatan komprehensif untuk memahami bagaimana mamalia laut herbivora tersebut turut memengaruhi dinamika penyimpanan karbon di laut.

Temuan awal menunjukkan bahwa dugong tidak hanya menjadi indikator kesehatan padang lamun, tetapi juga agen ekologis yang berperan dalam dinamika karbon di laut.

Jejak makan dugong turut mempengaruhi laju pertumbuhan lamun dan mempercepat proses siklus biomassa ke dalam sedimen. Ini berpotensi meningkatkan penyimpanan karbon jangka panjang.

“Peran dugong dalam ekosistem laut tidak hanya sebagai pemakan lamun, tapi juga sebagai penggerak proses ekologi yang lebih luas, termasuk dalam mitigasi perubahan iklim,” tegasnya.

Penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi dugong dengan lamun berpotensi meningkatkan proses dekomposisi dan penyerapan karbon di sedimen, yang menjadikannya bagian dari solusi ekosistem terhadap perubahan iklim.

Tak hanya itu, diskusi lanjutan dalam forum juga menyoroti potensi penggunaan DNA lingkungan. Tujuannya untuk mengestimasi populasi dugong serta integrasi studi genetika dalam rencana aksi nasional perlindungan spesies tersebut.

Mira menyimpulkan, rangkaian penelitian ini menunjukkan bahwa dugong bukan hanya bagian dari keanekaragaman hayati laut. Tetapi , ia juga berperan penting dalam stabilitas iklim melalui ekosistem pesisir.

Ia berharap agar penelitiannya tersebut dapat mendukung perumusan kebijakan konservasi berbasis sains, serta memperkuat integrasi karbon biru dalam agenda mitigasi perubahan iklim nasional. (Sumber: brin.go.id, Ilustrasi: pixabay.com/dietmaha)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author