Teknologi Enzim Xilanase untuk Industri Kertas Ramah Lingkungan

alt
 
SERPONG – Sebagian besar industri kertas di Indonesia menggunakan bahan kimia untuk proses pemutihan dan deinking yang berpotensi mencemari lingkungan. Untuk mereduksi penggunaan bahan kimia, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengembangkan enzim Xilanase yang ramah lingkungan.
 
Perekayasa dari Pusat Teknologi Bioindustri BPPT, Dr Is Helianti mengatakan enzim Xilanase secara teori bisa diaplikasikan pada industri kertas dalam proses pemutihan (bleaching) pulp dan deinking (peluruhan tinta) pada daur ulang kertas bekas.
 
“Untuk deinking sudah terbukti di skala lab. Proses deinking dengan enzim Xilanase menghasilkan derajat keputihan dan derajat kecerahan yang lebih baik daripada proses yang sudah ada di industri,” terang Is Helianti di sela acara Innovation of Bioeconomics on Agroindustri Program 2017 di Puspiptek Serpong, Senin (30/1/2017).
 
Berdasarkan hasil ini, lanjutnya, Pusat Teknologi Bioindustri BPPT akan mencoba meningkatkan skala proses produksi enzim Xilanase dari skala lab 1~10 liter ditingkatkan menjadi skala pilot berkapasitas 100~1.000 liter. 
 
Menurut Is Helianti, beberapa industri kertas sudah memakai enzim tetapi masih impor. “Kami menawarkan enzim yang sifatnya lebih sesuai untuk proses di industri. Enzim Xilanase ini sudah kami uji coba skala di PT Fajar Paper di Cikarang,” terangnya.
 
Dalam memproduksi enzim Xilanase, Pusat Teknologi Bioindustri BPPT menggunakan bahan baku murah dan ramah lingkungan yaitu tongkol jagung dan tepung ikan. Tongkol jagung digunakan sebagai medium karena banyak menggandung xilan. Kebutuhan xilan biasanya dipenuhi dari impor sehingga harganya sangat mahal. 
 
Xilan dibutuhkan bakteri untuk berkembang biak dan menghasilkan enzim. Sementara tepung ikan mengandung protein untuk pertumbuhan bakteri. “Kami menggunakan bahan baku murah seperti tongkol jagung yang biasanya menjadi limbah ataupun produk sampingan yang bernilai rendah. Kalau menggunakan medium yang harganya mahal, harga enzimnya tidak kompetitif,” paparnya.
 
Proses produksi enzim Xilanase untuk deinking ini sudah didaftarkan patennya pada 2015. “Sekarang kami mencoba aplikasi enzim Xilanase dalam proses bleaching dengan bekerjasama dengan Thailand. Kerjasama ini untuk membuat kertas dari pulp dengan memanfaatkan enzim ini sebagai bleaching agent. Hasil secara kasar enzim ini potensial untuk bleaching,” lanjutnya.
 
Menurut Is Helianti, Indonesia sebagai sepuluh besar produsen kertas di dunia, sangat rentan dengan isu lingkungan antara lain penebangan hutan untuk bahan baku kertas serta penggunaan bahan kimia berbahaya. Pemakaian enzim Xilanase baik untuk bleaching maupun deinking akan bisa menurunkan konsumsi bahan kimia berbahaya.
 
Hasil penelitian pasar pada 2006 menunjukkan, industri kertas yang ada di indonesia itu belum memanfaatkan enzim secara maksimal. Hanya sekitar 15 % yang sudah memanfaatkan enzim, selebihnya masih memakai proses kimia yang mengeluarkan limbah bahan kimia berbahaya. 
 
“Kami ingin dengan adanya penelitian ini, industri terbuka matanya dan memakai enzim yang sangat baik untuk lingkungan. Selain ramah lingkungan, produk kertasnya juga lebih bagus derajat keputihan dan kecerahannya,” terangnya.
 
Jika diperhitungkan resiko lingkungan karena menggunakan bahan kimia, penggunaan enzim bisa lebih murah. Namun banyak industri keberatan karena enzim sebagai bahan kimia masih mahal karena harus impor. 
 
Jika enzim Xilanase bisa diproduksi dalam negeri sendiri, Is Helianti berharap pemerintah mengeluarkan kebijakan mensubsidi agar harganya bisa murah. “Target ke depan, semoga 100% industri kertas di Indonesia memakai enzim,” pungkasnya.
Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author