Menristekdikti Mohamad Nasir saat meninjau peternakan sapi PT. Widodo Makmur Perkasa, Klaten, untuk melihat lebih dekat implementasi hasil riset dan teknologi pada sektor peternakan (Foto Humas UGM)
KLATEN – Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir meninjau peternakan sapi PT. Widodo Makmur Perkasa, Klaten, untuk melihat lebih dekat implementasi hasil riset dan teknologi pada sektor peternakan. Riset pengembangan dan pembiakan sapi unggul ini merupakan hasil kerjasama Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan PT. Widodo Makmur Perkasa dan University of Liege Belgia.
Dalam kesempatan ini, Menristekdikti turun langsung ke kandang-kandang sapi untuk melihat perbaikan genetika sapi yang dikembangbiakkan di peternakan yang terletak di Desa Jambakan, Klaten, Jawa Tengah. Ia memberikan apresiasi terhadap UGM yang telah berkontribusi terhadap upaya swasembada di bidang peternakan dengan membangun Center of Excellence yang mampu memproduksi bibit sapi unggul.
Menristekdikti menargetkan dalam 10 tahun mendatang Indonesia mampu mewujudkan swasembada pangan. Karena itu, ia meminta perguruan tinggi untuk mendukung target ini melalui penerapan hasil-hasil riset di bidang pertanian dan peternakan. “Tidak cukup riset hanya disimpan di perpustakan, tapi harus bisa diterapkan di masyarakat,” ujarnya.
Menurut Nasir, untuk mewujudkan swasembada daging di tanah air, maka kebutuhan sapi yang harus dipenuhi tiap tahunnya meningkat sebesar 3 juta ekor/tahun. “Maka breeding harus kita rencanakan dengan baik. Karena itu melalui Dirjen Risbang kita nanti bisa melakukan konsorsium pengembangan sapi Indonesia,” imbuhnya.
Kemenristekdikti akan terus mendukung transfer teknologi tepat guna dari kampus yang menyentuh kehidupan ekonomi pedesaan, termasuk dengan menjadikan bisnis hulu-hilir peternakan, yang mampu menjadi total solution menuju penguatan ekonomi masyarakat desa.
Ia pun mendorong para peneliti di perguruan tinggi lain untuk turut mengembangkan inovasi dalam bidang peternakan untuk menyediakan bibit-bibit ternak unggul yang berkualitas dan bernilai jual tinggi. Untuk ternak sapi, ia mengharapkan dapat dihasilkan sapi unggul yang bisa mencapai berat 500 hingga 600 kg pada usia 2 tahun.
Dekan Fakultas Peternakan UGM, Ali Agus menyatakan saat ini sudah lahir 12 ekor generasi pertama persilangan Belgian Blue Cattle dengan sapi Brahman. Sapi generasi pertama keturunan Belgian Blue ini akan dikawinkan dengan generasi pertama keturunan Brahman dengan pejantan Sapi Wagyu.
Hasil ketiga darah keturuan Brahman, Wagyu, dan Belgian Blue inilah yang nanti akan dinamakan Lembu Gama, sebagai breed composit ke tiga darah sapi unggul tersebut. Dari keunggulan breed composit ini diharapkan akan lahir sapi-sapi yang adaptif dan produktif pada kondisi iklim tropik basah dari darah tetuanya yaitu sapi Brahman, kemudian juga memiliki daging yang empuk/tender meat (tetua Wagyu) dan ototnya doble (tetua Belgian Blue).
Sapi Gama dengan ciri adaptif-produktif penghasil daging yang empuk dan melimpah inilah harapan kita sehingga akan membantu mencukupi kebutuhan daging sapi di masa mendatang. Kami berharap Lembu Gama akan menjadi produsen daging sapi kualitas prima, ungkap Ali Agus.
Rektor UGM, Dwikorita Karnawati menyatakan untuk mendorong kemandirian secara pesat tidak cukup dibutuhkan model kerjasama triple helix saja melainkan harus penta helix. Artinya, kerjasama dalam mewujudkan swasembada daging ini membutuhkan unsur akademisi, pemerintah, industri, masyarakat dan filantropi. “Ke depan, kerjasama ini dapat melahirkan produksi massal, menguatkan jejaring dengan yang lain,” ujarnya.
Selain mengembangkan program breeding Lembu Gama, Fakultas Peternakan juga memiliki aktivitas Bengkel Ternak yang dapat memperbaiki ternak yang malnutrisi dengan intervensi teknologi pakan agar kembali menjadi sapi yang normal dan tumbuh bagus.