Kemenristek Dorong Pengembangan Industri Benih Nasional

JAKARTA – Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) mendorong pengembangan industri benih nasional sebagai strategi pencapaian swasembada beras nasional. Salah satunya melalui aplikasi varietas padi unggul tipe baru IPB 3S.

Dirjen Penguatan Inovasi Kemenristekdikti, Jumain Appe mengatakan varietas IPB 3S merupakan inovasi hasil riset Institut Pertanian Bogor (IPB) yang berpotensi hasil 11,2 ton per hektar atau sekitar 2-3 ton lebih tinggi dari varietas Ciherang. Bahkan, IPB telah melakukan optimasi teknologi sehingga potensi hasilnya bisa mencapai 13,5 ton/hektar.

Menurut Jumain, rata-rata produktivitas padi nasional 5-6 ton/hektar. “Kalau bisa kita tingkatkan dua kali lipat, pada penanaman di lahan dua juta hektar maka 20 juta ton yang bisa dihasilkan. Swasembada pangan bisa kita capai bahkan surplus,” kata Jumain dalam acara Coffee Morning terkait ketahanan pangan nasional di Jakarta, Jumat (11/3/2016).

Untuk penanaman padi dua juta hektar varietas IPB 3S diperlukan benih sebanyak 50ribu ton benih sebar berlabel biru atau benih pokok berlabel ungu. “IPB sudah mulai dengan lahan seluas 20 hektar di Karawang dan 30 hektar di daerah Jonggol. Diharapkan bibit yang dihasilkan nanti bisa memenuhi penanaman 10 ribu hektar di 16 provinsi,” kata Jumain.

Pengembangan varietas unggul ini bisa mendukung program Kementerian Pertanian yang mentargetkan pada 2016 ada 160 pusat perbenihan padi nasional di 16 provinsi. Serta diintegrasikan dengan program 1.000 desa mandiri benih.

Dengan adanya pusat perbenihan, masyarakat tidak perlu jauh-jauh mencari benih unggul. “Kalau ada pusat perbenihan bisa terjaga benih unggulnya. Kalau tidak dijaga produktivitasnya menurun,” kata Jumain.

Industri Benih

Pencapaian swasembada beras nasional harus didukung dengan pengembangan industri benih dan diikuti standar prosedur bagaimana pertanian yang benar.

“Selama ini, petani Indonesia tidak menekuni cara pertanian yang benar. Dalam bertani harus mengikuti standar prosedur pertanian. Walaupun bibitnya unggul tapi kalau kita biarkan begitu saja tumbuh, produktivitasnya tidak tinggi,” kata Jumain.

Untuk itu, Kemenristekdikti mendorong pertanian menjadi industri mulai hulu dan hilir. “Hulunya industri perbenihan, di tengahnya industri pupuk, kemudian cara bertani yang lebih bagus dan pasca panen. Semuanya harus terintegrasi sehingga kita mendapatkan beras nasional yang baik,” lanjut Jumain.

Menurut Jumain, diperlukan kebijakan dan sinergi bersama untuk mendorong industri pertanian. Menristekdikti dan Menteri Pertanian sudah sepakat untuk mengembangkan inovasi teknologi di bidang pertanian dari hulu sampai hilir. “Kesepakatannya akan ditandatangani dalam waktu dekat,” ungkap Jumain.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author