Balitbangtan Kenalkan AWD untuk Mengontrol Ketersediaan Air Sawah

awd-kementan
JAKARTA – Untuk merespon pengelolaan sumber daya air di lahan sawah, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian melalui Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Tenggara memperkenalkan alat deteksi dalam mengontrol batas kritis ketersediaan air pada lahan sawah. Namanya, AWD Modifikasi.

Menurut Ka Balitbangtan Muhammad Syakir, alat ini menjadi elemen penting dalam strategi pengelolaan air pada lahan sawah khususnya dalam pengairan basah kering (alternate wetting and drying/AWD) dan merupakan modifikasi dari alat AWD yang awalnya hanya berupa pipa paralon.

Modifikasi terbaru dari AWD ini yakni dilengkapi pelampung dalam mengontrol ketinggian air dalam tabung pipa paralon. Prinsipnya adalah setelah lahan sawah diairi, maka kedalaman air akan menurun secara gradual, karena diserap tanah dan tanaman atau melalui evapotranspirasi.

Apabila penurunan kedalaman air sudah mencapai 15 cm di bawah permukaan tanah atau bahkan lebih dari itu, maka lahan sawah harus kembali diairi. Oleh karena itu pada tiang dilengkapi lampu led yang dihubungkan baterai charger yang bersumber dari radiasi matahari melalui penggunaan panel solar cell.

Bila penurunan kedalaman air telah mencapai batas kritis (melewati batas aman), maka sensor akan segera memberikan isyarat berupa nyala lampu led, yang berarti saatnya dilakukan pemberian air.

Adanya sensor cahaya lampu akan membantu petani sehingga tidak perlu masuk ke petakan sawah untuk mengamati kondisi air di dalam pipa AWD, utamanya saat pemberian air pada malam hari.  Dengan cahaya lampu, maka petani ataupun petugas pengatur air dapat mengetahui saat yang tepat untuk pemberian air di lahan sawah. 

Alat AWD modifikasi telah diuji coba pada lahan sawah di Kebun Percobaan Wawotobi dan di lahan petani di Kecamatan Meluhu, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Respon pengguna khususnya petani dan penyuluh pertanian sangat positif dan mengharapkan sesegera mungkin bisa mendapatkan alat tersebut.

Respon yang sama juga dikemukakan oleh para petani dan kelompok tani di wilayah Rarowatu Utara, yang pada musim tanam April-September (ASEP) menggunakan mesin pompa air dengan bahan bakar gas.

You May Also Like

More From Author