Akses Informasi Hujan dan Genangan Lewat Sijampang

SiJampangJakarta : Nusantara Earth Observation Network (NEOnet) BPPT hari ini meluncurkan Sijampang atau Sistem Informasi Hujan dan Genangan Berbasis Keruangan. Sistem informasi ini bersifat near real time dan ditampilkan dalam bentuk peta hujan yang dapat diakses melalui internet. Selain berbasis peta, Sijampang juga ditampilkan dalam bentuk teks yang juga dapat diakses melalui internet dengan memanfaatkan layanan Twitter.

Informasi hujan dan genangan ini berasal dari pengembangan data dari beberapa sumber, yakni radar cuaca Doppleer C band milik BPPT yang terpasang di Puspitek Serpong. Tangerang, Automatic Weather Station (AWS) BMKG, dan Automatic Water Level River (AWLR). Tim Sijampang mengembangkan aplikasi yang mengintegrasikan data berbagai sumber tersebut untuk menjadi informasi yang disajikan dalam bentuk peta hujan dan teks.

“Ini yang rumit karena masing-masing data punya bahasa sendiri-sendiri, namun begitu tetap dapat diintergrasikan karena masing-masing data tersebut memiliki georeferensi,” kata Dr. Udrekh, pimpinan Proyek Sijampang.

Sistem informasi hujan dan genangan ini melibatkan partisipasi publik. Kontributor ini memberikan informasi tentang hujan atau tidaknya suatu daerah. “Mereka untuk memvalidasi data yang diperoleh dari radar,” terang Dr. Hartanto Sanjaya, tim pengembang Sijampang.

Partisipasi publik dikembangkan dalam dua sistem, yakni bersifat aktif dan pasif. Pada partisipasi yang bersifat aktif, kontributor mengirimkan data dimana pun mereka berada, sesuai titik referensi yang ada. Sementara pada partisipasi bersifat pasif, kontributor akan menerima SMS yang menanyakan, apakah di titik referensi tertentu ada hujan.

“Jadi, begitu radar menangkap ada hujan di satu titik referensi tertentu, datanya akan masuk ke server, dan server secara otomatis akan mengirim SMS pada kontributor di titik referensi tersebut, menanyakan apakah ada hujan,” terang Udrekh seraya menambahkan, pihaknya memberlakukan sistem filtering untuk mencegah masuknya data yang tidak valid.

Informasi hujan yang diberikan terdiri dari tiga kategori, yakni gerimis, sedang dan lebat. “Masing-masing kategori ada definisnya. Kami buat pengkategorian secara sederhana karena para kontributor adalah orang awam,” jelas Hartanto.

Radar cuaca sendiri menghasilkan informasi pada radius efektif 110 km dari lokasi radar di Serpong. Dengan radius tersebut, jelas Hartanto, daerah yang terkover adalah seluruh Banten kecuali Ujung Kulon, DKI Jakarta, termasuk Kepulauan Seribu dan sebagian Jawa Barat dengan batas Kerawang di bagian timur, Pelabuhan ratu di bagian selatan.

Sampai saat ini, tambah Hartanto, yang telah dikembangkan lebih dari 100 titik referensi. Sementara jumlah kontributor hingga saat ini mencapai 61 orang.
Menurut Hartanto, saat ini informasi mengenai genangan yang disampaikan Sijampang masih belum baik karena hingga saat ini sebagian besar kontributor yang ada tidak berada di daerah genangan. Diharapkan, pada akhir tahun ini informasi genangan dapat disajikan lebih optimal.

Menanggapi harapan publik yang mengemuka saat diskusi, tentang perlu masuknya informasi prediksi cuaca dalam Sijampang, Deputi Kepala BPPT bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Air mengatakan, BPPT akan melakukan kerja sama dengan BMKG karena prediksi cuaca merupakan domain BMKG. “Intinya, kita perlunya integrasi berbagai alat pemantauan dinamika kebumian ke dalam sistem informasi yang terpadu agar bisa menjangkau masyarakat luas secara cepat dan murah,” kata Dr. Agus Wibowo Kepala Nusantara Earth Observation Network.

Sjampang dibangun dengan dukungan kegiatan Program HARIMAU (Hydrometeorological Array for Intraseasonal Variation Monsoon AUtomonitoring), suatu program kerjasama antara Jepang dan Indonesia. Sijampang dapat diakses melalui alamat internet: Peta hujan terkini : http://neonet.bppt.go.id/sijampang, Info hujan terkini : http://twitter.com/infohujan, Blog kegiatan: http://sijampang.wordpress.com, Facebook : http://bit.ly/fbsijampan. (Lea/dra)

 

You May Also Like

More From Author