Stevia Berpotensi Menjadi Tebu Alternatif

alt
Stevia

Untuk mendukung upaya pencapaian swasembada gula, Balitbang Pertanian siap mengembangkan Bertoni (Stevia rebaudiana) sebagai tanaman  pemanis alternatif.  Selain lebih sehat, tanaman pemanis asal Paraguay ini juga disinyalir bisa lebih produktif dan efisien dibanding tebu, kata Ka Puslitbang Perkebunan Balitbangtan Dr. Ir. Muhammad Syakir M.Sc.

Sebagai tanaman pemanis, menurut Muhammad Syakir, Bertoni atau Stevia memiliki daun yang dapat dipanen sebagai pengganti ‘batang tebu’.  Daun Bertoni mengandung senyawa steviosid dan rebaudiosid A. Keduanya mengandung rasa manis dengan tingkat kemanisan terbilang tinggi, sampai 300 kali dari sukrosa yang biasa terkandung dalam dalam tanaman tebu.

Dengan potensi itu, tambah Kapuslitbangbun, ektrak daun Stevia sangat cocok menjadi gula alternatif. Selain sebagai bahan pemanis makanan dan minuman, ekstrak daun Stevia juga bermanfaat bagi kesehatan. Pasalnya, senyawa steviosid dan rebaudiosid itu berkadar kalori rendah, bersifat anti oksidan, anti jamur, dan non karsinogenik.

Oleh karena itu, menurut Muhammad Syakir, tanaman Bertoni amat potensial untuk dikembangkan di Indonesia sebagai substitusi impor gula yang terus meningkat. Meski saat ini budidaya stevia secara komersial baru terdapat di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. Ke depan, pengembangan stevia dapat diarahkan ke daerah lain dengan ketinggian di atas 700 m di atas permukaan laut dan mempunyai curah hujan rata-rata minimal 1400 mm/tahun.

Merupakan tanaman pemanis asal dari Paraguay, Bertoni saat ini telah banyak menyebar ke beberapa negara Asia, Eropa, dan Canada. Stevia telah mulai banyak digandrungi para petani di banyak negara. Terlebih mereka yang amat peduli dengan isu kesehatan.

Masih dalam tahap riset dan pengembangan, Balitbang Pertanian mengakui masih ada kendala pengembangan stevia di Indonesia. Antara lain adalah masalah perbanyakan bibit dalam jumlah besar dan masih adanya rasa pahit dalam ekstrak produknya, serta harga jualnya yang masih belum kompetitif.

Untuk itu, diperlukan banyak dukungan penelitian yang difokuskan pada teknik perbanyakan bibit yang efektif dan efisien, identifikasi kesesuaian lahan, dan perbaikan teknologi pasca panen untuk meningkatkan daya saing dan nilai jualnya.

You May Also Like

More From Author