TechnologyIndonesia.id – Perubahan iklim yang makin tak menentu menjadi tantangan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional. Untuk menjawab tantangan ini, Pemuliaan tanaman berperan penting dalam menciptakan varietas unggul yang mampu beradaptasi dengan kondisi ekstrem seperti kekeringan, salinitas, dan serangan hama.
Pemulia Padi dari Pusat Riset Tanaman Pangan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Aris Hairmansis menegaskan bahwa inovasi dalam pemuliaan padi terus dikembangkan untuk memastikan produktivitas yang optimal dan keberlanjutan sektor pertanian di Indonesia.
Menurut Aris, riset BRIN saat ini fokus pada perakitan bibit unggul baru dengan berbagai sifat keunggulan. BRIN mengembangkan varietas yang tidak hanya meningkatkan produksi tetapi juga memiliki ketahanan terhadap hama dan penyakit.
“Selain itu, ada upaya untuk meningkatkan nilai gizi padi melalui biofortifikasi guna membantu mengatasi permasalahan stunting di Indonesia,” ungkapnya.
Namun, dalam perjalanannya, pemuliaan tanaman menghadapi berbagai tantangan. Perubahan iklim menyebabkan kondisi pertanian semakin tidak menentu.
“Dampaknya tidak hanya pada lingkungan seperti kekeringan dan banjir, tetapi juga meningkatkan dinamika hama dan penyakit yang semakin sulit dikendalikan,” jelas Aris.
Karena itu, diperlukan inovasi terus-menerus untuk menghasilkan bibit yang adaptif terhadap kondisi lingkungan yang berubah.
Aris menjelaskan bahwa tim riset BRIN juga tengah mengembangkan varietas yang mampu bertahan di lahan pesisir dengan tingkat salinitas tinggi, serta varietas yang tahan terhadap genangan akibat anomali cuaca.
“Kami juga sedang mengembangkan varietas yang mampu bertahan terhadap multiple stress, yaitu kombinasi antara kekeringan dan salinitas, agar dapat digunakan di berbagai kondisi lahan,” tambahnya.
Proses pemuliaan tanaman tidaklah instan. Dibutuhkan waktu sekitar lima tahun untuk menghasilkan varietas baru yang siap dipasarkan.
“Kami memulai dari eksplorasi plasma nutfah, lalu melakukan persilangan dan seleksi bertahap di rumah kaca serta di lahan pertanian dengan kondisi ekstrem,” jelas Aris.
Untuk varietas yang membutuhkan ketahanan lebih tinggi terhadap penyakit, metode inovatif seperti radiasi dan rekayasa genetik juga mulai diterapkan.
Saat ini, Indonesia telah memiliki lebih dari 400 varietas unggul padi, tetapi hanya sekitar 10 varietas yang mendominasi lebih dari 70% lahan pertanian nasional. Faktor adaptasi lingkungan dan preferensi pasar menjadi penyebab terbatasnya penyebaran varietas baru.
“Kebanyakan masyarakat Indonesia menyukai beras dengan tekstur pulen, sehingga varietas dengan karakteristik ini lebih diminati,” ujar Aris.
Selain itu, BRIN juga berupaya mengembangkan varietas padi yang cocok untuk lahan-lahan marginal di luar Pulau Jawa, seperti lahan rawa dan lahan kering.
“Sekitar 60% produksi beras nasional masih terpusat di Pulau Jawa, padahal banyak wilayah di luar Jawa yang memiliki potensi pertanian yang belum tergarap optimal,” tambahnya.
Harapan ke depan, riset pemuliaan tanaman terus mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan sektor swasta.
“Dukungan terhadap pendanaan yang berkelanjutan, akses terhadap fasilitas penelitian seperti kebun percobaan, serta kolaborasi dengan berbagai pihak sangat dibutuhkan agar inovasi yang dihasilkan dapat segera diimplementasikan,” tegas Aris.
Pemuliaan tanaman bukan sekadar upaya peningkatan produksi, tetapi juga strategi adaptasi terhadap perubahan iklim dan dinamika kebutuhan pangan masyarakat. Dengan sinergi antara riset, kebijakan, dan implementasi di lapangan, Indonesia dapat mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan dan mandiri. (Sumber brin.go.id)
Pemuliaan Tanaman Berperan Penting Ciptakan Varietas Unggul Tahan Perubahan Iklim
