TechnologyIndonesia.id – Ledakan alga berbahaya (alga blooms) menjadi salah satu tantangan yang memengaruhi perkembangan industri budidaya ikan di Indonesia. Peristiwa lingkungan akuatik ini disebabkan oleh pertumbuhan berlebihan spesies fitoplankton atau alga tertentu.
Mengatasi tantangan tersebut, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Sains Data dan Informasi (PRSDI) – Organisasi Riset Elektronika dan Informatika (OREI) mengembangkan sistem peringatan dini terhadap ledakan alga berbahaya (alga blooms). Riset ini melibatkan partisipasi aktif Masyarakat melalui Rumah Program Citizen Science.
Peneliti Ahli Madya PRSDI BRIN, Foni Agus Setiawan menjelaskan keterlibatan masyarakat dalam riset ini antara lain dengan menyampaikan data, baik berupa kondisi air, cuaca, suhu, beserta foto kondisi lingkungan melalui aplikasi yang dibangun. Data ini kemudian diolah di server untuk mengetahui kemungkinan terjadinya ledakan alga.
“Program riset ini bertujuan untuk mencegah pertumbuhan alga berbahaya guna mendukung perkembangan industri budidaya ikan. Pertumbuhan alga berbahaya merupakan suatu peristiwa yang bisa terjadi sewaktu-waktu dan tidak dapat diprediksi,” jelas Foni dikutip dari laman brin.go.id pada Sabtu (24/5/2025).
Lebih lanjut, Foni menjelaskan peristiwa ledakan alga berbahaya yang masif dapat menyebabkan kematian massal organisme laut trofik yang lebih tinggi dalam wilayah geografis yang luas, termasuk ikan budidaya.
“Apabila terjadi ledakan alga ini, dan permukaan air akan tertutup oleh alga, maka racun yang dilepas oleh alga akan mempengaruhi organisme dibawanya dan terjadi penipisan oksigen. Sehingga, ikan akan kekurangan oksigen dan hanya dalam waktu 4 jam, organisme tersebut akan mati. Sehingga secara ekonomi, akan merugikan nelayan tambak,” ungkap Foni.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, diperlukan sistem peringatan dini (early warning system) yang berada di tambak di pesisir pantai.
Hal ini dilakukan agar nelayan tambak dapat segera memitigasi terjadinya ledakan alga, dan segera melakukan pembersihan, seperti mengangkat alga, mendorong menggunakan air. Hal ini ditujukan agar alga segera menyingkir dari tambak dan mencegah terjadinya ledakan.
Melalui riset ini, Foni beserta tim perisetnya melibatkan masyarakat, dengan responden yang tersebar di wilayah seluruh Indonesia. Untuk tambaknya sendiri kami memantau di 2 lokasi, yaitu Teluk Lampung, serta Teluk Jakarta.
“Namun riset ini melibatkan pemangku kepentingan sistem peringatan dini untuk terjadinya ledakan alga yang terdiri dari pembudidaya ikan, nelayan, pemerintah, penyuluh perikanan, peneliti, dan mahasiswa,” terang Foni.
Masyarakat menggunakan aplikasi seluler Alboom untuk mengumpulkan gambar yang diberi geotag dan melaporkan informasi visual terkait kualitas air dan kondisi cuaca di wilayah mereka, baik saat terjadinya ledakan alga, maupun tidak terjadi ledakan yang menunjukkan kondisi normal.
Kondisi terjadinya ledakan alga dijadikan informasi visual untuk memvalidasi kejadian ledakan alga dan kemudian sebagai sumber data untuk informasi peringatan dini bagi masyarakat setempat.
Untuk melengkapi Alboom, dibangun pula aplikasi Algies yang digunakan untuk mengidentifikasi jenis alga yang menyebabkan terjadinya ledakan. Sampel alga akan dibawa ke laboratorium dan diidentifikasi oleh teknisi laboratorium. Penggunaan Algies akan mempercepat proses dan meningkatkan akurasi identifikasi alga tersebut.
Aplikasi Alboom dan Algies tentu jauh lebih murah karena menggunakan manusia sukarelawan sebagai sensor. Namun, seperti aplikasi berbasis partisipatif masyarakat lainnya, kemauan anggota masyarakat untuk terlibat aktif dalam pengumpulan dan berbagi data sangat penting untuk keberhasilan implementasi.
Foni berharap aplikasi Alboom dan Algies dapat membantu pemerintah, masyarakat, peneliti, serta lembaga pemangku kepentingan lainnya dalam mendeteksi indikasi bahaya ledakan alga, mempercepat pengambilan keputusan, dan mengurangi dampak buruknya, baik di Indonesia maupun di negara lain.
Libatkan Masyarakat, BRIN Kembangkan Sistem Peringatan Dini Ledakan Alga Berbahaya
