Global Environmental Facility (GEF) dan Kemenko Kemaritiman sepakat meningkatkan kerjasama di bidang perubahan iklim, perikanan dan konservasi laut. Kesepakatan ini muncul usai pertemuan antara Dr. Naoko Ishii, President Director & Chief Executive Officer GEF dengan Menko Kemaritiman, Indroyono Soesilo di Jakarta, 9 Pebruari 2015.
”Beberapa program yang dibahas untuk dikembangkan antara lain program konservasi mangrove sebagai tempat pemijahan ikan, penahan erosi pantai, penyerap karbon, pengemisi oksigen dan untuk sumber pangan,” kata Indroyono.
Pada kesempatan yang sama, kedua pihak juga sepakat untuk merehabilitasi lahan gambut di Indonesia melalui sistem pembasahan kembali dan meningkatkan produksi perikanan air tawar di lahan gambut.
”Di bidang karbon biru dan energi terbarukan, GEF dan Indonesia sepakat mengkaji potensi mikro algae sebagai wahana penyerap CO2 sekaligus penghasil bio diesel,” lanjutnya.
Indonesia juga akan mengikuti program global GEF mencakup Coastal Fisheries Initiative. Tim Indonesia dan Tim GEF segera menindak-lanjuti kesepakatan kedua pimpinan tadi.
GEF yang bermarkas di Washington DC, AS bertugas menghimpun sekaligus mendistribusikan dana untuk kegiatan pelestarian lingkungan, konservasi alam, mitigasi serta adaptasi perubahan iklim.
Dalam kurun 2014 – 2018, GEF berhasil menghimpun dana sebesar US$ 4.3 milyar yang siap dihibahkan ke 120 negara berkembang, termasuk Indonesia. Hibah dana GEF ke Indonesia bisa berupa hibah langsung maupun hibah melalui lembaga multilateral.
Kendala hibah GEF di Indonesia adalah kekurangmampuan ahli-ahli Indonesia membuat proposal ke GEF. Permasalahan di atas segera diatasi dengan menggandeng Badan Pangan dan Pertanian PBB – FAO.
Di bidang kelautan dan perikanan, pada 2014, GEF menghibahkan US$ 11 juta untuk dua program di Indonesia, yaitu keanekaragaman perikanan air tawar dan kajian ekosistem lautan Indonesia.