Banjir Bandang Terjang Kabupaten Garut Korban Jiwa dan Kerusakan Tak Terelakkan

Garut_BNPB

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan berdasarkan informasi  yang dihimpun Senin, (9/5) banjir bandang di Kabupaten Garut menelan korban 12 orang meninggal dunia, dan 6 orang hilang, 1 orang luka berat.

Banjir tersebut juga mengakibatkan 115 unit rumah rusak berat, 729 unit rumah rusak sedang, 1665 unit rusak ringan, 6 unit sekolah rusak, 49 jembatan rusak atau terputus, 37 tempat ibadah rusak, 3 unit kantor pemerintahan rusak, 2 dam jebol serta saluran irigasi sepanjang 850 meter rusak.

Bupati Kab. Garut telah menetapkan masa tanggap darurat selama 7 hari terhitung sejak tanggal 7 Mei 2011 sampai dengan tanggal 14 Mei 2011. BPBD Kab. Garut telah berkoordinasi dengan instansi terkait untuk mendirikan dapur umum.

BPBD Provinsi Jawa Barat telah memberikan bantuan logistik berupa beras, yang masih tersedia di Bulog Provinsi Jawa Barat.

Sementara BNPB telah memberikan bantuan dengan total Rp. 98.969.600,- berupa makanan siap saji 400 paket, makanan tambahan gizi 200 paket, tenda keluarga 4 unit, tenda gulung 100 lembar, tikar 40 lembar.

Waspada

Kemungkinan banjir dan longsor berpotensi terjadi mengingat musim hujan yang masih akan terjadi hingga pertengahan Mei ini.

Belakangan ini wilayah Indonesia mengalami perubahan cuaca yang berubah signifikan . Hal ini terjadi mengingat Indonesia yang terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu panas dan hujan dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin yang cukup ekstrim.

Kondisi iklim seperti ini digabungkan dengan kondisi topografi permukaan dan batuan yang relatif beragam, baik secara fisik maupun kimiawi, menghasilkan kondisi tanah yang subur. Sebaliknya, kondisi itu dapat menimbulkan beberapa akibat buruk bagi manusia seperti terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan kekeringan.

Seiring dengan berkembangnya waktu dan meningkatnya aktivitas manusia, kerusakan lingkungan hidup cenderung semakin parah dan memicu meningkatnya jumlah kejadian dan intensitas bencana hidrometeorologi (banjir, tanah longsor dan kekeringan) yang terjadi secara silih berganti di banyak daerah di Indonesia.

Data BNPB menyebutkan selama 2010 bencana longsor terjadi sebanyak 146 dengan korban tewas 199. Bencana banjir dan tanah longsor sebanyak 31 dengan korban meninggal dan hilang 38 orang.

Meskipun pembangunan di Indonesia telah dirancang dan didesain sedemikian rupa dengan dampak lingkungan yang minimal, proses pembangunan tetap menimbulkan dampak kerusakan lingkungan dan ekosistem.

Pembangunan yang selama ini bertumpu pada eksploitasi sumber daya alam (terutama dalam skala besar) menyebabkan hilangnya daya dukung sumber daya ini terhadap kehidupan mayarakat. Dari tahun ke tahun sumber daya hutan di Indonesia semakin berkurang, sementara itu pengusahaan sumber daya mineral juga mengakibatkan kerusakan ekosistem yang secara fisik sering menyebabkan peningkatan risiko bencana.***

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author