Jakarta, Technology-Indonesia.com – Balai Riset Budidaya Ikan Hias menjadi pelopor dalam pengembangan pakan ikan alternatif. Salah satunya, melalui pengembangan pakan ikan dari magot dengan sistem biokonversi sampah organik.
Toni Ruchimat, Kepala Pusat Riset Perikanan (Puriskan) mengatakan inovasi teknologi pakan untuk menggali sumber pakan alternatif telah menghasilkan pakan ikan dari magot yang diproduksi menggunakan media bahan baku sampah organik.
“Magot sebagai pakan ikan alternatif merupakan terobosan yang sangat penting, karena teknologi ini dapat menjadi jawaban mengatasi dua masalah sekaligus yaitu dapat mengurangi biaya pakan sekaligus mengurangi jumlah sampah khususnya sampah organik,” kata Toni saat menyampaikan sambutan Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) usai penandatanganan perjanjian kerja sama riset ikan air tawar antara Puriskan dengan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Dunia Air Tawar TMII pada Sabtu (21/4/2018). Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian peringatan ulang tahun TMII ke 43.
Sebagai gambaran produksi sampah Indonesia pada 2016 mencapai 65 juta ton per harinya. Sementara komposisi sampah organik mencapai 60 persen dari sampah yang ada.
Keberhasilan pengembangan teknologi magot menggunakan media sampah organik, telah diterapkan di beberapa tempat, salah satunya di Kota Depok. Sebagai bagian dari kerja sama, teknologi pakan ikan dari magot sedang diaplikasikan sebagai pakan ikan hias dan ikan konsumsi di TMII.
Untuk menambah informasi dan lebih mengenal tentang apa itu magot, pada kesempatan tersebut dilakukan peluncuran dan bedah buku: Magot Pakan Ikan Protein Tinggi dan Biomesin Pengolah Sampah Organik. Buku ini merupakan buah pemikiran dari Melta Rini Fahmi, peneliti di Balai Riset Budidaya Ikan Hias (BRBIH), Puriskan, BRSDM.
Pada saat yang sama dilakukan pengenalan teknologi pakan ikan dari magot kepada masyarakat Kecamatan Cipayung dan para calon purna tugas dari sejumlah perbankan Indonesia di TMII.
Toni Ruchimat berpesan bahwa teknologi tidak akan besar manfaatnya bila tidak sampai kepada penggunanya. Ia berharap sinergitas ini dapat menjadi salah satu cara untuk percepatan transformasi teknologi kepenggunaan dengan cara: aplikasi, desiminasi, edukasi dan rekreasi khususnya dalam pengembangan teknologi magot sebagai pakan ikan alternatif.
“Mudah-mudahan gerakan ini juga dapat menimbulkan semangat nasionalisme bagi bangsa Indonesia terutama untuk mencintai teknologi dalam negeri,” tutup Toni.