Jakarta, Technology-Indonesia.com – Flora khas yang tumbuh di lahan rawa ternyata bisa diolah menjadi pestisida nabati. Tanaman gulma seperti Cambai karuk, Bintaro, Kepayang/Kluwak, Galam, Jingah, Jengkol, Krinyu, Kipahit dan Babandotan yang sering dijumpai di lahan rawa dapat diolah untuk dikembalikan ke alam.
“Selama ini terlalu banyak zat kimia yang meracuni bumi kita, dan sudah saatnya kita manfaatkan bahan nabati ke alam,” kata Dedi Nursyamsi Kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan, Badan Litbang Pertanian, pada Kamis (26/4/2018).
Peneliti utama Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) Syaiful Asikin menyebutkan sekitar 80 jenis hama seperti ulat grayak, ulat jengkal, penggerek batang padi, wereng coklat, dan hama lainnya mampu diatasi oleh pestisida nabati berbahan tumbuhan rawa.
“Di lahan rawa ditemukan ribuan jenis spesies tumbuhan yang berpotensi sebagai bahan pupuk, pestisida, obat-obatan, penyaring alami (biofilter), kosmetik dan sebagai tanaman pemulih alami (fitoremediasi), serta bahan makanan (buah-buahan),” ujar ahli hama dan penyakit tanaman tersebut.
Syaiful menambahkan pemanfaatan tumbuh-tumbuahn untuk pestisida merupakan kearifan lokal masyarakat rawa yang sejak dulu sudah dilakukan oleh nenek moyang. Banyaknya “penyakit aneh’ pada jaman sekarang tidak terlepas dari pangan yang dikonsumsi tidak sehat.
“Sangat disayangkan kearifan lokal itu terkikis oleh pestisida kimia yang selain bisa menimbulkan pencemaran lingkungan, juga dapat mengganggu kesehatan manusia” ujarnya.
Peneliti Budidaya Tanaman Balittra, Nurita mencoba ekstrak krinyu untuk disemprotkan ke tanaman anggrek yang terkena hama kutu putih. Hasilnya menakjubkan, hama kutu putih yang menyerang bunga anggrek hilang hanya selang beberapa hari. Ekstrak krinyu ini juga efektif membasmi hama lainnya misalnya penggerek dan lain-lain.
Basri, petani dari Desa Babirik, Kecamatan Babirik, Kabupaten Huli Sungai Utara, Kalimantan Selatan mengungkapkan, pestisida nabati juga efektif membasmi hama cabai. Petani Babirik siap untuk membudidayakan, memproduksi, dan menggunakan pestisida nabati terutama untuk sayur-sayuran seperti cabai, terong, dan lain-lain.
“Selain produksi cabai, kualitasnya juga sangat baik berkat penggunaan pestisida nabati” kata peneliti hama penyakit tanaman Balittra, Maulia Aries. Pestisida nabati banyak digunakan di pertanian organik yang mementingkan kualitas hasil, sehingga harus bebas dari bahan agrokimia terutama residu pestisida. Kualitas hasil tinggi akan memberikan harga jual tinggi pula yang akhirnya meningkatkan pendapatan petani.
Maulia menjelaskan penggunaan pestisida nabati mempunyai banyak keuntungan dan manfaat, seperti selama periode tanam hingga panen, tanaman terbebas dari serangan organisme penganggu tanaman (OPT) namun musuh alami hama masih tetap hidup sehingga rantai makanan tidak terputus begitu saja. Selain itu, biaya produksi bisa ditekan karena pestisida dibuat dari bahan-bahan alami yang tersedia berlimpah di sekitar lahan petani.
Agar pengendalian organisme penganggu tanaman OPT lebih efektif perlu dikembangkan formulasi insektisida nabati melalui penambahan bahan pembantu. Selain itu, teknik formulasi juga perlu dikemas secara tepat sehingga bisa melumpuhkan hama penyakit tanaman, namun aman untuk manusia dan lingkungan.
Selain untuk mengendalikan hama, ekstrak pestisida nabati juga berfungsi sebagai hormon tumbuh tanaman. Ini terbukti pada perlakuan pestisida nabati memperlihatkan pertumbuhan tanaman yang baik dan sehat.