Kepala Balai Besar Teknologi Konservasi Energi (B2TKE-BPPT) Andhika Prastawa dalam acara jumpa pers di Jakarta, Senin (29/5/2017)
Jakarta, technology-indonesia.com – Energi listrik dari pohon kedondong hasil percobaan Naufal Naufal Raziq (15 th), siswa kelas III Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Langsa, Nanggroe Aceh Darussalam, menarik perhatian banyak pihak. Perekayasa bidang energi dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pun melakukan pengukuran besaran listrik dari pohon-pohon kedondong tersebut.
Kepala Balai Besar Teknologi Konservasi Energi (B2TKE-BPPT) Andhika Prastawa mengatakan sebagaimana penelitian-penelitian lain tentang listrik dari tumbuhan, menunjukkan hasil produksi listrik yang masih belum memadai untuk kebutuhan listrik yang wajar.
Menurut Andhika, mengikuti analogi sel volta, dalam batang pohon kedondong dan zat-zat di dalamnya berfungsi seperti elektrolit. Elektrolit adalah bagian yang berfungsi sebagai pengantar ion dari anoda ke katoda, dan sebaliknya. “Secara teori pohon kedondong memang bisa menghasilkan listrik,” lanjut Andhika jumpa pers Inovasi Produk Energy Storage BPPT, di Jakarta, Senin (29/05/2017).
Pengukuran sesaat besaran listrik pada pohon-pohon kedondong pagar yang ditanam di area Pembinaan Masyarakat PT Pertamina EP Aset I Field Rantau menghasilkan data bahwa keluaran sistem listrik pohon Kedondong Pagar tersebut masih dalam kisaran mili watt, dengan tegangan yang dihasilkan dalam skala ratusan mili hingga satuan Volt, serta arus dalam mili Ampere.
Andhika menerangkan, sejumlah 6 pohon Kedondong, disebut sebagai “pohon energi” dipasang masing-masing 6 pasang elektroda Zn-Cu (seng dan tembaga). Dari rangkaian seri-paralel, di ujung elektroda diperoleh pengukuran tegangan total sebesar 2,774 Vdc.
Ujung rangkaian pohon ini dihubungkan pada conventer arus searah untuk mencatu baterai bertegangan 3,5 Vdc. Kemudian melalui inventer dihubungkan ke beban lampu LED 5 Watt 220 Vac. Pada saat lampu dinyalakan, setelah 10 menit, terukur tegangan dari pohon energi turun dari 2,774 Vdc menjadi 1,870 Vdc.
Dengan laju penurunan tegangan seperti itu, diperkirakan 6 pohon Kedondong tersebut hanya sanggup mencatu lampu tidak lebih dari 20 menit, dengan perkiraan energi sekitar 1,7 Wh, atau 1,7 W selama 1 jam. “Dengan demikian meskipun terbukti pohon Kedondong dapat menghasilkan listrik, namun masih belum mencukupi kebutuhan listrik yang wajar,” terang Andhika.
Berdasarkan analisis di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pohon kedondong ini dapat menghasilkan listrik dalam jumlah dan waktu yang terbatas. Dengan demikian pohon ini hanya dapat dijadikan salah satu sumber bagi peralatan yang membutuhkan energi rendah.
Menimbang fakta di atas, direkomendasikan agar kepada Naufal dapat diberikan perhatian dan pembinaan yang intensif sebagaimana mestinya, agar yang bersangkutan dapat berkembang kemampuan dan minat penelitiannya.
Sementara itu diharapkan berbagai pihak agar menyikapi hasil percobaan tersebut secara wajar dan bijaksana, sehingga tidak memberikan beban harapan terlalu besar bagi percobaan listrik dari pohon kedondong ini bahwa hal tersebut dapat menjadi alternatif pemenuhan kebutuhan listrik, khususnya pedesaan.
“Listrik dari pohon masih memerlukan langkah riset dan pengembangan yang panjang, termasuk untuk pemahaman tentang elektrofisiologi dan budidaya tanaman yang menghasilkan cairan elektrolit yang mencukupi dan stabil,” pungkas Andhika.