Banten, Technology-Indonesia.com – Tantangan Industri 4.0 di sektor pertanian salah satunya adalah bagaimana strategi mengelola data, informasi dan pengetahuan pertanian. Untuk itu diperlukan Smart Farming Concept yaitu konsep pertanian maju yang memiliki pengelolaan data secara terintegrasi, pemanfaatan alat dan mesin yang smart, pemanfaatan drone, dan lain-lain.
Hal tersebut dipaparkan Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten Ir. Agus M Tauchid, MSi saat menjadi pembicara dalam Seminar bertema ” Peran Teknologi Spesifik Lokasi Mendukung Pertanian 4.0 Dalam Rangka Akselerasi Pembangunan Pertanian Provinsi Banten” pada Rabu (13/11/2019). Seminar digelar oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten dalam rangka sosialisasi Teknologi Spesifik Lokasi (Speklok) kepada stakeholder.
Seminar diikuti oleh 130 peserta yang terdiri dari instansi lingkup pertanian se Provinsi Banten, instansi terkait lainnya seperti Bappeda dan Bank Indonesia, KTNA se Provinsi Banten, dan perwakilan Koordinator Penyuluh se Provinsi Banten, serta peneliti, penyuluh dan teknisi BPTP Banten.
Pada seminar tersebut Agus mensosialisasikan Kebijakan Pembangunan Pertanian Provinsi Banten serta Program Pembangunan Pertanian 2018-2022 yang tersusun dalam Perencanaan Strategis Provinsi Banten.
Kepala BPTP Banten, Dr. Ismatul Hidayah, SP, MP dalam sambutannya menguraikan kesiapan teknologi pertanian spesifik lokasi yang telah dihasilkan BPTP Banten, capaian kegiatan BPTP Banten terkait pelestarian Sumber Daya Genetik (SDG) Lokal Banten, dan pentingnya pembentukan Komisi Daerah (Komda) SDG Banten.
“Komda akan bertugas mengelola plasma nuthfah Banten sebagai upaya penyelamatan dan pelestarian SDG lokal” jelas Isma.
Sesi selanjutnya, penyampaian materi dilakukan secara panel yang dimoderatori oleh Kepala Seksi Kerja Sama dan Pelayanan Pengkajian BPTP Banten, ST. Rukmini, SP, M.Si. Kesempatan pertama diberikan kepada Dr. Andy Saryoko, Peneliti BPTP Banten yang menyampaikan materi Teknologi Spesifik Lokasi: Budidaya Padi Jajar Legowo (Jarwo) Super dan Larikan Gogo (Largo) Super. “Keduanya mirip hanya saja, Jarwo diterapkan untuk padi lahan sawah dan Largo untuk padi gogo di lahan kering,” ucap Andy.
Komponen teknologi Jarwo Super adalah penggunaan varietas unggul dan benih bermutu, aplikasi pupuk hayati (Agrimeth), pengaturan populasi optimum (legowo), penggunaan bibit muda (kurang dari 21 Hari Setelah Semai), jumlah bibit 1-3 per rumpun, pemupukan dilakukan berdasar status hara dan kebutuhan tanaman, pengendalian hama terpadu, dan panen tepat waktu dengan alat panen (paddy reaper, mover, thresher, dan combine harvester).
Paket Teknologi Largo Super berupa olah tanah sempurna, penggunaan amelioran (pupuk kandang/kapur) dan aplikasi Bio-dekomposer (Agrodeko), penggunaan benih bermutu dan varietas unggul (Inpago 8, 9, 10, dan lain-lain), penggunaan pupuk hayati (Agrimeth), legowo 2:1 dengan Tabela, pemupukan berdasarkan status hara tanah, dan pengendalian hama terpadu.
Aplikasi kedua teknologi tersebut telah menunjukkan peningkatan signifikan terhadap produksi padi seperti yang terjadi di Kecamatan Cibadak, Kab. Lebak baru-baru ini. Dengan penerapan teknologi Jarwo Super, di lokasi tersebut, produksi meningkat dari 6-7 ton/ha menjadi 8-9 ton/ha GKP (Gabah Kering Panen).
Materi Pertanian 4.0 disampaikan oleh Dr. Muharfiza, peneliti BPTP Banten. Muharfiza menguraikan tentang berbagai teknologi pertanian 4.0 yang telah dimiliki oleh Kementan seperti penggunaan Aplikasi Kalender Tanam Terpadu, UPJA Smart Mobile, MyAgri, Takesi, Otomasi Industri Pertanian, dan pemanfaatan I-Tani.
“Perkembangan dunia Teknologi Informasi yang pesat, mendorong perlunya peningkatan SDM, infrastruktur dan sosialisasi yang menyeluruh” terang Muharfiza.
Keseluruhan rangkaian acara diikuti dengan antusias oleh peserta. Sesi Diskusi berlangsung cukup interaktif. KTNA dari Kab. Serang, Subagio menyampaikan apresiasi terhadap acara ini. Bahkan salah satu KTNA mengharapkan agar dalam setiap kegiatan semacam ini mereka selalu diundang karena akan memberikan masukan berharga bagi para petani.