Bioindustri di Minahasa Jadi Solusi Usahatani

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Kabupaten Minahasa tepatnya di Desa Kembuan, Kecamatan Tondano Utara, Sulawesi Utara (Sulut) mengembangkan program bioindustri yang terintegrasi tanaman jagung dan ternak sapi. Pada program ini diperkenalkan teknologi kandang sapi dan pengolahan limbah ternak untuk tanaman.

Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Balitbangtan Sulut, Yusuf dalam sebuah diskusi di Minahasa menjelaskan, kegiatan ini merupakan program yang diusung oleh Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) dan diimplementasikan oleh BPTP di 33 provinsi di Indonesia.

Yusuf berharap kegiatan usahatani petani terbantukan dengan pola bioindustri ini. Kegiatan usahatani petani dengan ternak menyebabkan tidak akan ada yang terbuang. Karena, output dari satu subsistem akan menjadi Input dari subsistem lain.

Lebih lanjut Yusuf menguraikan, dari hasil yang dilakukan tim kerja kegiatan ini dapat dilihat, rancangan kandang pemeliharaan ternak dan pengolahan limbah secara simultan. Sudah menghasilkan pupuk padat dan cair dan sudah diimplementasikan petani dalam usahatani Jagung.

Yusuf juga berharap agar tim kerja dalam kegiatan ini harus optimal mendampingi petani. Sehingga tujuan untuk menjadi solusi bagi permasalahan petani terutama dalam kelangkaan pupuk dalam usahatani dapat diatasi dengan mengajak petani menggunakan olahan pupuk dari kegiatan bioindustri ini.

“Dengan demikian kita mengambil peran dalam kemandirian ekonomi petani,”tutup Yusuf.

Ditempat lain, peneliti peternak Derek J. Polakitan menjelaskan, bahwa penanganan limbah dalam kandang dengan tepat dan benar, maka kotoran (feses) cair dan padat dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman. Permasalahan bau tidak enak dalam kandang dapat diatasi serta petani ada sumber pendapatan baru dari feses itu.

Dalam pendampingan sebagai Peneliti Peternakan, lanjutnya, petani terus diajarkan konsisten mengolah feses padat dan cair dari sapi. Dengan terus diulang dan diulang, keterampilan petani akan terbangun. Saat ini, menurut Polakitan, petani sudah menghasilkan pupuk cair dan padat serta sudah melakukan pengemasan dan siap di pasarkan.

Hasil dari kotoran ternak ini setelah diolah sudah digunakan petani dalam kegiatan usahatani. Biaya usahatani dari unsur pupuk sudah dapat ditekan. Petani semakin terampil dalam mengolah limbah ternak dan sumber pendapatan baru tercipta bagi petani.

Masih menurut Polakitan, hasil dari olahan feses di kegiatan bioindustri di kembuan Tondano sudah digunakan kelompok tani di Minahasa Utara untuk tanaman padi, jagung dan bawang merah. “Hasil dari produk tanaman yang beberapa waktu lalu dipanen Gubernur Sulawesi Utara telah menggunakan pupuk hasil olahan dari bioindustri di Minahasa,” tuturnya.

Kegiatan pendampingan pada kegiatan bioindustri yang dilakukan peneliti peternakan saat melakukan pengolahan pupuk, juga dihadiri tim embrio ternak cipelang Bogor. Tim ini melakukan supervisi hasil IB para inseminator Minahasa di kelompok Makaaruyen. Selain sebagai pelaksana bioindustri, ternak kelompok Makaaruyen masuk pada kegiatan Sapi Indukan Wajib Bunting (Siwab). Artur/SB

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author