Jakarta – Sektor pariwisata berpotensi menambah devisa relatif cepat dan bernilai besar ditengah pelemahan nilai tukar rupiah. Kendati demikian, diperlukan infrastruktur pariwisata yang memadai untuk mendukung pertumbuhan sektor pariwisata.
Berdasarkan data World Travel & Tourism Council (WTTC), sektor pariwisata telah menyumbang 313 juta lapangan kerja dan 10,4 persen pemasukan pada Produk Domestik Bruto (PDB) dunia. “Sedangkan di Indonesia, akselerasi sektor pariwisata 2012 sampai 2017 berada di angka 1,22 dengan laju tumbuh di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional dibandingkan sektor lainnya,” ujar Kepala Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan IndonesiaIn, Agus Eko Nugroho dalam Media Briefing “Tantangan Pengembangan Infrastruktur Pariwisata di Tengah Gejolak Nilai Tukar” di Jakarta (17/10/2018).
Menurut Agus, pola pembangunan service – based economy seperti sektor pariwisata, mampu memberikan nilai tambah berkualitas dan dampak pengganda yang besar. “Secara paralel, manfaatnya bisa langsung dinikmati masyarakat dan memperlancar proses bisnis dari usaha-usaha terkait,” jelasnya.
Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi LIPI, Panky Tri Febiansyah, menyoroti keberadaan infrastruktur pariwisata yang memegang peran penting. “ Pemerintah perlu mendesain strategi secara komprehensif yang dapat diimplementasikan baik. Terlebih bila hal tersebut dihubungkan dengan pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata. Apakah infrastruktur pariwisata saat ini sudah cukup tersedia dan layak,” tegasnya.
Pangky mengatakan , desain pembangunan pariwisata yang berdaya saing secara komprehensif harus mencakup pilar infrastruktur fisik, sumber daya manusia, keuangan dan pembiayaan, serta tata kelola.
Travel & Tourism Competitiveness Index mencatat pada 2017, Thailand menempati peringkat 34 sementara Indonesia menempati posisi lebih rendah di peringkat 42. “Indonesia dinilai masih lemah satu dari tiga pilar utama yaitu business environment dan Infrastructure,” ujar Pangky.
Agus mengusulkan penerintah memberikan insentif untuk mendorong pengembangan inftrastruktur pariwisata. “ Utamanya untuk mobilisasi akses kawasan, baik maupun darat, laut, udara,” ujarnya.
Seperti diketahui, pemerintah tetapkan empat Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata, yaitu Mandalika, Tangjung Lesung, Tanjung Kelayang dan Morotai. Dari empat KEK Pariwisata tersebut, saat ini yang sudah beroperasi yakni Mandalika dan Tanjung Lesung. Adapun, untuk Morotai dan Tanjung Kelayang masih dalam tahap pembangunan.
Foto : Tanjung Kelayang