Jakarta, Technology-Indonesia.com – Publikasi Ilmiah Indonesia terus mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Puncaknya pada pertengahan 2019, Indonesia berhasil merajai ASEAN untuk publikasi ilmiah tahun 2018. Hal ini membuktikan keseriusan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) dalam memperbaiki iklim riset Indonesia.
Sebagai apresiasi terhadap upaya yang dilakukan kalangan peneliti dan akademisi dalam mendorong peningkatan publikasi dan jurnal, Kemenristekdikti menggelar Penghargaan Sinta (Sinta Award 2019) di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta pada Kamis (12/9/2019). Sinta atau Science and Technology Index merupakan portal indeks ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) yang meliputi kekayaan intelektual beserta dampaknya (sitasi), pengabdian kepada masyarakat dan kepakaran di Indonesia.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir dalam sambutannya berharap agar Sinta dapat memotivasi para peneliti untuk lebih giat menghasilkan publikasi dan perlahan dapat menghilangkan ketergantungan penggunaan sistem pengindeks publikasi dari luar negeri.
Sistem ini, lanjutnya, masih jauh dari sempurna karena memang baru dimulai, namun tidak akan berhenti untuk disempurnakan. Dengan Sinta diharapkan daya saing jurnal dan publikasi ilmiah dapat meningkat tajam di tahun kedepan.
Salah satu permasalahan yang masih dihadapi Indonesia yakni belum sebandingnya jumlah mahasiswa dan jumlah dosen dengan jumlah publikasi yang dihasilkan. Kurang dikenalnya penelitian anak negeri di tingkat global antara lain diakibatkan rendahnya publikasi global para peneliti tersebut.
“Publikasi ilmiah saat ini memegang peranan sangat penting sebagai bukti pertanggung jawaban ilmiah hasil penelitian sehingga dapat dikenal luas secara global,” jelas Menristekdikti.
World Class University (WCU) menempatkan publikasi ilmiah sebagai salah satu indikator dalam melakukan pemeringkatan perguruan tinggi di seluruh dunia. Sampai 9 September 2019, publikasi ilmiah Indonesia di tingkat ASEAN untuk tahun 2018 berdasarkan data Scopus sebanyak 34.007 publikasi, menduduki posisi pertama diikuti oleh Malaysia sebanyak 33.286 publikasi.
Namun publikasi untuk tahun 2019, Indonesia sementara ada di peringkat kedua dengan 19.916 publikasi, dikalahkan Malaysia dengan 20.993 publikasi. Sementara jurnal di Indonesia terus mengalami peningkatan baik yang terakreditasi nasional maupun bereputasi Internasional.
Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristekdikti, Muhammad Dimyati menjelaskan bahwa dalam kurun satu tahun Sinta telah mengalami perkembangan yang cukup pesat, dari sisi kuantitas dan kualitas.
“Sampai 9 September 2019 telah terdaftar lebih dari 177.000 dosen dan peneliti, 4.776 lembaga, 2.720 jurnal, 26.588 buku dan 2.543 kekayaan intelektual yang sudah masuk terindeks di Sinta berdasarkan hasil verifikasi, akreditasi dan evaluasi,” tutur Dimyati.
Sebelum ada Sinta, integrasi data menggunakan Google Scholar dan Scopus, ditingkatkan dengan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia untuk buku, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual untuk paten dan hak cipta, serta Web of Science.
Pada perhelatan Sinta Award 2019, diluncurkan pula program unggulan Id Menulis, Rama dan Anjani. Id Menulis merupakan wahana tutorial dan pendampingan dalam melakukan publikasi ilmiah. RAMA atau Repositori Tugas Akhir Mahasiswa, merupakan layanan integrasi repositori tugas akhir mahasiswa yang dikelola oleh setiap perguruan tinggi.
Sementara Anjani (Anjungan Integritas Akademik), merupakan layanan sistem pembinaan, pelaporan pelanggaran integritas akademik dan pendeteksi kemiripan karya ilmiah. Ketiga sistem baru tersebut melengkapi sistem yang sudah dikembangkan Kemenristekdikti dalam peningkatkan kualitas publikasi yang beretika dan berintegritas.
Sebelum perhelatan Sinta Award 2019, Menristekdikti meresmikan Nasional Expo for Science and Technology (NEST) yang digelar di Jakarta Convention Center, pada 12-14 September 2019. NEST merupakan multi event yang terdiri dari pameran produk, pameran poster, pameran virtual, penganugerahan, rakornas, seminar, talkshow, perlombaan, dan demo produk. Produk-produk yang ditampilkan merupakan hasil riset unggulan yang berpotensi menjadi brand nasional.