Jakarta : Indonesia menempati peringkat ketiga dunia setelah China dan India untuk jumlah penderita hepatitis.
Ahli kesehatan dari Divisi Hepatologi, Depatemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ali Sulaiman memperkirakan sejumlah 13 juta penduduk Indonesia mengidap hepatitis B dan empat juta penduduk lainnya menderita hepatitis C.
“Di Indonesia, hepatitis termasuk salah satu penyakit berbahaya sehingga termasuk dalam lima imunisasi yang biayanya digratiskan pemerintah selain BCG, DPT, polio dan campak,” ujar Ali Sulaiman.
Di dunia, virus hepatitis telah menyerang hingga dua miliar penduduk dan saat ini diperkirakan 400 juta penduduk sedang terinfeksi oleh hepatitis B dan sekitar 170 juta menderita infeksi hepatitis C.
Sementara itu, peringatan Hari Hepatitis sedunia, 28 Juli di Indonesia akan dipusatkan di Yogyakarta, yang merupakan daerah dengan jumlah penderita tergolong tinggi.
“Pemilihan lokasi di Yogyakarta juga karena pelaksanaan imunisasi hepatitis di daerah itu sangat bagus, bahkan melebihi target yaitu hingga 104,5 persen,” kata Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tjandra Yoga Adhitama .
Peringatan Hari Hepatitis itu akan diisi dengan berbagai kegiatan dan akan dibuka oleh Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih. “Selain itu kami juga akan melakukan surveilans mengenai jumlah penderita hepatitis di Indonesia dan mengumpulkan data lainnya untuk menulis buku panduan pengendalian penyakit ini,” ujar Tjandra.
Meskipun belum mendapatkan angka pasti penderita penyakit yang menyerang fungsi hati tersebut, Tjandra memperkirakan sekitar 20 juta orang di Indonesia menderita Hepatitis B dan C.
Dengan peringatan Hari Hepatitis tersebut, diharapkan agar masyarakat dapat lebih waspada terhadap hepatitis terutama yang menyerang bayi karena ditularkan dari sang ibu.
Sebelumnya, Hari Hepatitis diperingati tiap tanggal 19 Mei namun atas usulan delegasi Indonesia dalam sidang Badan Eksekutif WHO ke-126, disepakati Hari Hepatitis akan diperingati tiap tanggal 28 Juli yaitu hari kelahiran Dr Baruch Blumberg, penemu hepatitis B pada 1965.
Silent Epidemic
Hepatitis C dikenal sebagai wabah terselubung (silent epidemic) yaitu penyakit dengan gejala yang tidak kentara. Banyak orang yang mengidap Hepatitis C tetapi sebagian besar dari mereka tidak sadar karena tidak merasakan gejalanya selama bertahun-tahun sejak terinfeksi.
Menurut data dari Organisasi Kesehatan sedunia (WHO) pada 2000, angka kejadian infeksi virus hepatitis C di Indonesia hampir 2,4% dari seluruh penduduk (sekitar 7 juta orang).
Virus hepatitis C genotipe 1 merupakan genotipe yang paling sering ditemukan di Indonesia (sekitar 60%-65%). Genotipe 1 merupakan genotipe yang sulit diobati dan disembuhkan.
Dalam bahasa latin “hepatitis” berarti ”peradangan hati”. Penyebab peradangan ini bisa bermacam-macam, mulai dari virus, bahan kimia, obat-obatan dan alkohol. Virus hepatitis C adalah salah satu penyebab penyakit hati di Indonesia.
Virus hepatitis C adalah salah satu jenis virus hepatitis. Terdapat 7 jenis virus hepatitis yaitu: A, B, C, D, E, G dan TT. Di antara semua jenis virus ini, virus hepatitis C merupakan salah satu penyebab infeksi hati menahun (kronik) dan dapat berakhir pada sirosis, kanker hati dan kematian. Diperkirakan virus hepatitis C telah menyerang lebih dari 170 juta orang di seluruh dunia.
Virus hepatitis dapat menular dari satu orang ke orang lain, dengan cara penularan yang berbeda-beda. Hepatitis A menyebar melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi, sedangkan virus hepatitis B dan C menyebar terutama melalui kontak darah dan cairan tubuh.
Seseorang bisa saja terinfeksi lebih dari 1 jenis virus hepatitis. Karena risiko yang berbahaya bagi hati penderita, seseorang yang menderita hepatitis C harus berkonsultasi dengan dokter untuk juga mendapatkan vaksin terhadap hepatitis A dan hepatitis B. Tidak seperti hepatitis A dan B, hingga saat ini hepatitis C belum ada vaksinnya.(berbagai sumber/Lea)