Pengumuman ini tenggelam dalam hiruk-pikuk berbagai persoalan lain yang ada di negeri ini, mulai unjuk rasa penolakan kenaikan harga bahan bakar minyak hingga isu korupsi.
Namun, berbagai persoalan itu tentu saja tidak boleh melupakan latar belakang diadakannya hari peringatan Kebangkitan Teknologi itu dan penentuan 10 Agustus sebagai hari peringatan itu.
Pada 10 agustus 1995 diterbangkanlah sebuah prototipe pesawat N250 yang dibuat di PT IPTN. Ketika itu, Menteri Riset dan Teknologi BJ Habibie menyatakan, pesawat tersebut merupakan hasil rancangan dan dikembangkan sepenuhnya oleh ahli-ahli dari Indonesia.
Saat itu lah, pakar pesawat yang kemudian juga menjadi Presiden RI itu menyebutkan bahwa hari ketika N 250 tersebut diterbangkan bisa disebut sebagai Hari Kebangkitan Nasional yang Kedua setelah Kebangkitan Nasional pada 20 Mei 1908.
Berikutnya, hari diterbangkannya prototipe, yang walau sampai sekarang tidak dikembangkan lebih lanjut, itu ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Teknologi.
Memang, ketika itu, banyak pro kontra mengenai pengembangan pesawat itu. Namun, satu hal yang banyak orang sepakat adalah pada 10 Agustus 1995 terbukti bahwa bangsa ini mampu memproduksi benda berteknologi teknologi.
Lalu, ketika Kementerian Riset dan Teknologi mengumumkan peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional 2008, situs berita teknologi ini pun terus memberitakan adanya inovasi yang dibuat putra Indonesia.
Sebut saja, misalnya, produk sistem pembayar listrik yang dikembangkan PT Indonesia Commnets Plus (Icon+).
Berbeda dengan standar sistem prabayar listrik di negara-negara lain, sistem yang dikembangkan anak perusahaan PLN itu berbasis data komunikasi dua arah dan merupakan satu-satunya di dunia.
“ Kami tengah menunggu regulasi tarif listrik disahkan pemerintah untuk implementasi sistem prabayar kelistrikan. Namun, target kami tahun ini konsumen bisa menggunakan sistem prabayar ini,” ujar R. Setyo Harry N, Manager Unit Bisnis Power IT ICON+ di sela-sela Workshop Menuju Kebangkitan Industri Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional untuk Inovasi Konten pada Sistem Pelayanan di Jakarta, Rabu (11/6).
Sistem prabayar ini, kata Harry, memiliki fungsi ganda, yaitu untuk telekomunikasi dan kelistrikan. Selain itu, dapat dilakukan konvergensi pembayaran listrik dan telepon. “Voucher khusus yang telah dibeli bisa digunakan untuk beli pulsa atau membayar listrik. Selain itu, pulsa yang telah dibeli konsumen untuk telepon bisa dikonversi untuk membayar lisrik,” ujarnya.
Selain itu, konsumen juga bisa melakukan permintaan secara realtime. “Status Kwh bisa dicek langsung melalui ATM,” katanya.
Juga boleh disebut, kreativitas mahasswa Stikom Surabaya yang membuat alat pengontrol posisi kereta api.
Khalid Mawardi (26 tahun), mahasiswa itu, mengaku terinspirasi dari seringnya kecelakaan kereta api terlambat mendapat pertolongan hanya karena posisi kecelakaan tidak diketahui secara cepat.
Khalid menjelaskan, dalam simulasi yang dirancang selama sekitar tiga semester itu, setiap titik rel dipasangi dengan alat infra merah sebagai alat bantu untuk mengirim sinyal dari alat yang dipasang di setiap kereta ke pusat data.
Menurut dia, kalau untuk dipraktekkan dalam kondisi sebenarnya, harus menyediakan BTS (base transceiver station) dan pemasangan GPS pada tiap-tiap kereta.
Contoh yang dikemukan itu tentu saja cuma sekelumit dari dinamisnya upaya inovasi di berbagai bidang. (hape)