Technology-indonesia.com – Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir memimpin Delegasi Indonesia dalam the 60th Technical Cooperation Programme Conference pada 29-30 Mei 2017 di Vienna, Austria. Konferensi yang diselenggarakan oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) ini bertujuan mempromosikan dampak nyata sosio ekonomi dari penerapan teknologi nuklir dengan tujuan damai yang memiliki keunggulan komparatif.
Technical Cooperation Programme Conference merupakan mekanisme utama dimana IAEA memberikan bantuan kepada negara-negara anggota. Konferensi ini dihadiri para pemegang kebijakan negara-negara anggota IAEA, akademisi, dunia industri, ahli nuklir, dan entitas multilateral lainnya.
Program ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan spesifik negara-negara anggota melalui peningkatan kapasitas, pengalihan teknologi nuklir, dan penyebaran pengetahuan antar anggota. IAEA bertujuan mempromosikan penggunaan energi nuklir secara damai, dan menghambat penggunaannya untuk tujuan militer, termasuk senjata nuklir. IAEA didirikan sebagai organisasi otonom pada 29 Juli 1957.
Menristekdikti dalam pidatonya menyampaikan apresiasi Pemerintah Indonesia atas usaha dan kontribusi IAEA yang telah menyokong negara-negara anggota dalam mengembangkan dan memanfaatkan teknologi nuklir secara damai selama 60 tahun. “Menjadi anggota IAEA, Indonesia mendapat manfaat dari Technical Cooperation Programme dalam mempromosikan kontribusi energi nuklir terhadap perdamaian, kesehatan dan kesejahteraan, “ ujar Nasir.
Selain bekerjasama dengan IAEA sejak 2012, Indonesia juga berkontribusi dalam program Peaceful Uses Initiative (PUI) IAEA. Melalui skema ini Indonesia berkontribusi terhadap implementasi Program TC dengan menyediakan para ahli untuk membantu berbagai negara berkembang dalam pemanfaatan teknologi nuklir untuk pembangunan di bawah kerangka Kerjasama Teknik antara Negara Berkembang dan Kerjasama Selatan-Selatan. Indonesia memegang komitmen untuk melanjutkan program inisiatif ini dalam bentuk pengiriman para ahli hingga menyediakan fasilitas untuk pendidikan dan pelatihan SDM negara sahabat di Indonesia.
Dengan kapasitas yang telah dikembangkan, Indonesia siap mendukung negara anggota lainnya dalam membangun infrastruktur keselamatan yang dibutuhkan. Pada 2016 Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) telah mendukung kegiatan pengawasan IAEA untuk negara-negara terbelakang di kawasan Asia dan Pasifik. Kontribusi ini juga digunakan untuk mendukung kemajuan ilmu pengetahuan dan aplikasi nuklir melalui modernisasi Laboratorium IAEA di Seibersdorf.
Pada kesempatan ini Menristekdikti juga menyampaikan capaian-capaian yang telah diraih Indonesia di bidang teknologi nuklir. “Di bidang pangan, teknologi iradiasi telah menghasilkan sejumlah varietas unggul tanaman pangan mutasi, yang mewakili 10 persen varietas nasional Indonesia dengan hasil panen dua kali lipat,“ ungkap Menristekdikti. Hasil panen telah menghasilkan pendapatan bagi petani sebanyak 2 milyar USD untuk satu varietas. Pada 2016, petani di 22 provinsi telah memanfaatkan varietas tanaman pangan dengan total luas 3 juta hektar.
Indonesia juga bergerak maju dengan proyek baru untuk proses bisnis kedelai, membangun jembatan antara komunitas petani dan industri makanan serta menciptakan kemitraan dengan badan-badan PBB lainnya FAO dan UNIDO. Proyek ini diharapkan mendorong percepatan kedaulatan dalam kualitas dan kuantitas kedelai lokal, memberdayakan petani, dan memberdayakan usaha makanan kecil dan menengah dalam menghasilkan produk makanan bergizi tinggi.
Di bidang kesehatan, Indonesia memproduksi radioisotop dan produk radiofarmasi, dan untuk mengembangkan peralatan kesehatan. Saat ini Indonesia memiliki lima produk radiofarmaka yang telah menerima lisensi nasional untuk komersialisasi. Lisensi nasional untuk peralatan renograf untuk menganalisis fungsi ginjal, diharapkan dikeluarkan tahun ini. Sebagai upaya memerangi vektor penyakit yang ditularkan nyamuk, Indonesia juga menggunakan Teknik Serangga Steril (SIT) yang telah diimplementasikan di beberapa daerah percontohan.
Di bidang perubahan iklim, selama hampir satu dekade, implementasi Program TC IAEA di bidang Analisis Aktivasi Neutron (AAN) membuat para peneliti di Indonesia mampu melakukan penyelidikan polusi udara dan memanfaatkan teknik analisis nuklir dalam menganalisa data sejarah perubahan iklim melalui penelitian batu karang di laut Indonesia, memberikan kontribusi data berharga kepada komunitas global untuk mempelajari tren perubahan iklim, polusi laut dan juga tingkat keasaman laut.
Menristekdikti bersama Delegasi Indonesia berkesempatan mengunjungi stand Pameran Teknologi dan Inovasi Indonesia yang menampilkan kacang kedelai hasil teknologi nuklir dan alat kesehatan renograf. “Kedelai ini memiliki biji yang lebih besar, kaya nutrisi, tahan terhadap penyakit dan hasil panen yang lebih tinggi, 3 varietas kedelai yang dihasilkan sangat cocok untuk bahan baku tempe,” pungkas Menristekdikti.