Bertambah satu lagi upaya untuk mencari bahan bakar baru. Salah satunya adalah melalui minuman keras Tequila yang dianggap bisa menjadi alternatif lain untuk bahan bakar kendaraan.
Para peneliti di Universitas Oxford seperti dilansir Guardian, Jumat (29/7/2011) belum lama mengeluarkan hasil penelitiannya yang menjelaskan bahwa tanaman agave, bahan dasar pembuatan Tequila, merupakan sumber daya ideal untuk membuat ethanol sebagai bahan bakar pengganti bensin yang ramah lingkungan.
Seperti kebanyakan tanaman untuk bahan bakar ramah lingkungan, agave menciptakan emisi CO2 yang jauh lebih sedikit ketimbang bahan bakar konvensional lainnya karena tanaman ini langsung menyerap CO2 begitu terjadi pembakaran bahan oleh kendaraan.
Agave diklaim memiliki tingkat emisi yang lebih rendah dibandingkan tanaman penghasil biofuel lainnya. Berdasarkan ujicoba peneliti, ethanol produksi agave menghasilkan emisi 35 gram karbon dioksida untuk setiap megajoule energi. Ini jauh lebih rendah dibandingkan emisi dari ethanol yang dihasilkan jagung (85g/MJ).
Agave sejenis tanaman tebu asal Brasil ini mencatat tingkat emisi yang lebih rendah ketimbang agave, yakni 20g/MJ. Namun para ilmuwan mengklaim sulit mendapatkan hasil yang sama di luar Brasil karena negara itu memiliki kombinasi unik dari air, tanah yang subur, lahan yang luas serta hydroelectric dengan karbon rendah untuk mengeringkan tanaman tersebut.
Agave juga memiliki keunggulan lain karena tidak dikonsumsi oleh manusia dan bisa tumbuh di wilayah yang kering. Artinya, risiko lonjakan harga makanan atau ancaman kelaparan bagi satwa liar jauh lebih kecil. Satu-satunya risiko yang mungkin terjadi adalah harga Tequila yang lebih mahal dari sebelumnya.
Uji coba pembuatan bahan bakar dari agave ini sudah dilakukan di Australia. Beberapa ilmuwan kabarnya juga telah merencanakan untuk mengambil alih perkebunan agave yang terlantar di Meksiko dan Afrika. Agave juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan dasar serat yang digunakan untuk tali dan papan permainan dart.***