Kuldur sedang membersihkan tumpahan minyak (foto Tim FT-Prove Belah Duren)
JAKARTA – Penanggulangan tumpahan minyak di lingkungan perairan belum efisien dan membutuhkan biaya relatif mahal. Hal itu mendorong Tim FT-Prove Belah Duren PT Pertamina (Persero) menciptakan alat pembersih tumpahan minyak berbahan alami dan ramah lingkungan yaitu kulit durian.
Tim FT-Prove Belah Duren beranggotakan lima peneliti dari Marine Region V – Shipping, Direktorat Pemasaran PT Pertamina (Persero) yaitu Chairul Dhany, Irwan Dwi Aprianto, Yessica Ratri Wiguna, Ferdi Raditya Effendy, dan Anandytya Donny Brojo. “Kami bertanggungjawab terhadap perawatan sarana dan fasilitas lepas kapal sandar dan peralatan lindungan lingkungan perairan (LLP) serta penanggulangan tumpahan minyak,” ungkap Dhany pada insan pers di Jakarta, Kamis (17/11/2016).
Menurut Dhany, selama ini sering terjadi tumpahan minyak khususnya dalam skala kecil di Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Manggis, Karangasem, Bali. Penangganannya tidak efisien dan mengeluarkan biaya yang besar. Tim Belah Duren pun berinovasi melakukan subsitusi peralatan LLP (Lindungan Lingkungan Perairan) existing dengan menggunakan kulit durian.
Hasil penelitian yang diberi nama Kuldur ini ternyata lebih efisien dan memiliki kemampuan serap (absorbent) cemaran minyak lebih kuat dari peralatan existing. “Selama ini kami menggunakan oil absorbent buatan pabrik untuk menyerap minyak, namun tidak seefektif Kuldur,” papar Dhany.
Irwan Dwi Aprianto memaparkan riset ini diawali dengan mencari bahan alami yang mampu menyerap tumpahan minyak. Dari beberapa studi literatur, bahan tersebut harus mengandung pectin dan selulosa. Pectin merupakan kandungan yang berfungsi mengikat dan menggumpalkan minyak. Kandungan selulosa sangat berpengaruh terhadap daya serap dan daya ikat suatu material.
“Di sekitar lokasi kami, banyak kulit durian yang tidak terpakai. Setelah melalui riset dan studi literatur, dan bekerja sama dengan ITS, kami temukan di kulit durian itu mengandung zat pectin, yang bisa untuk menyerap minyak. Kami sudah coba untuk minyak jenis MFO dan MDO,” ucap Irwan.
Tim memilih kulit durian sebagai bahan subtitusi karena memiliki kandungan pectin dan selulosa yang paling tinggi. Kulit durian mengandung pectin sebanyak 2,56%, melebihi kandungan pectin kulit pisang 1,09%, kulit jeruk 0,8%, dan kulit mangga 1,7%. Selain itu, kandungan selulosa kulit durian mencapai 60%.
Hasil pengujian Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar menunjukkan daya serap kulit durian kering terhadap minyak MFO sebanyak 163%. Artinya setiap 1 gram kulit durian mampu menyerap 1.63 gram minyak MFO. “Daya serapnya lebih tinggi dari peralatan oil absorbent yang sebelumnya kami gunakan,” lanjutnya.
Setelah melalui berbagai proses, Kuldur dibentuk menjadi paparan segi empat seperti keset sehingga dapat menyerap volume lebih banyak serta lebih mudah pengoperasiannya di area tercemar. Selain efektif menyerap tumpahan minyak, Kuldur masih bisa digunakan kembali dengan cara menyiramnya dengan minyak yang density-nya lebih rendah.
Tidak hanya kuota penyerapan dan responsiveness yang lebih baik, Kuldur dapat menekan biaya penanggulangan tumpahan minyak hingga 71,7%, dari sebelumnya Rp. 26.343.500 menjadi Rp. 7.570.625 per sekali tumpahan.
Biaya pengadaan peralatan LLP juga menjadi lebih hemat, dari sebelumnya Rp 100 juta menjadi Rp. 3.270.000. Total cost saving-nya mencapai Rp. 187.728.750 dengan waktu pengadaan selama 3 minggu. “Lebih cepat dari yang sebelumnya membutuhkan waktu pengadaan paling cepat hingga 1 tahun,” papar Irwan.
Pemakaian Kuldur juga meningkatkan respon terhadap tumpahan minyak yang terjadi sehingga dapat menimimalisir keadaan menjadi lebih buruk. Sebab, waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan satu set kuldur beserta cadangannya hanya sekitar satu menit. Sementara untuk menyiapkan Oil Dispersant, Oil Dispersant Pump dan Oil Absorbent membutuhkan waktu 20 menit.
Untuk tumpahan minyak dalam skala besar, penggunaan Kuldur harus dikombinasikan dengan oil boom untuk melokalisir agar cemaran tak semakin menyebar. Tugas Kuldur untuk menyerap cemaran minyak setelah dilokalisir.
Ke depan, penggunaan Kuldur akan diperluas ke seluruh Terminal BBM Pertamina. “Kita sudah ada rencana mereplikasi Kuldur di seluruh Terminal BBM Pertamina. Manajemen Pertamina full support pada kami untuk segera mereplikasi dan memproduksi massal alat ini. Namun butuh proses dan waktu yang tidak sebentar,” pungkasnya.
Hasil penelitian Tim FT-Prove Belah Duren ini berhasil menyabet penghargaan The Best Functional Team Improvement pada Annual Pertamina Quality (APQ) Awards 2015. Kuldur yang sekarang sedang dalam proses pengajuan paten ini juga akan menjadi salah peserta di Asia Pacific Quality Conference di New Zealand pada 20-23 November 2016.
Â