Jakarta, Technology-Indonesia.com – Dr. Ir. Handewi Purwati Saliem, MS dikukuhkan sebagai profesor riset bidang ekonomi pertanian oleh Majelis Pengukuhan Profesor Riset Kementerian Pertanian (Kementan) di Bogor, Rabu (31/3/2021). Peneliti Ahli Utama dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) ini merupakan profesor riset ke 596 secara nasional dan profesor riset ke 151 di Balitbangtan, Kementan.
Pada acara tersebut, Handewi menyampaikan orasi berjudul “Redisain Kebijakan Ketahanan Pangan Dan Gizi Berbasis Dinamika Pola Konsumsi Masyarakat”. Handewi menunjukkan adanya ketidakselarasan antara ketersediaan pangan yang cukup secara nasional dan belum tercapainya beberapa indikator ketahanan pangan dan gizi (KPG) menunjukkan pentingnya melakukan redisain kebijakan KPG.
“Perencanaan dan implementasi kebijakan KPG yang selama ini difokuskan pada sisi penyediaan dari produksi domestik (supply push approach) perlu direformulasi berdasar peta pola konsumsi pangan masyarakat berbasis potensi pangan lokal untuk penyediaan pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman-B2SA (demand driven approach),” kata Handewi.
Menurut Handewi, ada lima hal penting dalam redisain kebijakan KPG untuk kebijakan ketersediaan pangan. Pertama, kebijakan peningkatan produksi tidak hanya fokus pada komoditas pangan tertentu untuk seluruh wilayah, perlu optimalisasi pemanfaatan potensi sumber pangan dan komoditas unggulan wilayah. Kedua, kebijakan diversifikasi pangan lokal, secara horizontal dan vertikal perlu terus dilaksanakan secara masif, konsisten dan berkelanjutan. Ketiga, optimalisasi pemanfaatan potensi lahan pekarangan (tegal/kebun) untuk penyediaan pangan bagi rumah tangga miskin dan rawan pangan.
Keempat, perencanaan produksi dan penyediaan pangan mengacu Pola Pangan Harapan (PPH) agar pangan yang tersedia mengarah pada kebutuhan pangan masyarakat. Fasilitasi, pengawasan dan pembinaan bagi para penyedia makanan agar keamanan pangan terjamin. Kelima, cadangan pangan terutama pangan pokok di masyarakat, tingkat kabupaten/kota dan povinsi perlu dibangun untuk mengantisipasi adanya bencana dan atau terjadinya krisis pangan.
Handewi menyimpulkan bahwa dengan melaksanakan redisain kebijakan KPG melalui penyediaan pangan berbasis dinamika pola konsumsi masyarakat diyakini dapat mengakselerasi tercapainya pembangunan KPG secara berkelanjutan.
Implementasi redisain kebijakan KPG ini perlu didukung oleh para pemulia tanaman untuk menghasilkan varietas komoditas pangan dengan produktivitas tinggi sekaligus memiliki kandungan gizi yang baik; fortifikasi pangan dengan harga yang terjangkau; dan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah, pelaku usaha, akademisi dan petani produsen pangan.
Redisain KPG juga perlu didukung kebijakan diversifikasi pangan lokal dilaksanakan secara masif, konsisten dan berkelanjutan; dan penerapan sistem reward dan punishment bagi kepala daerah melalui kebijakan alokasi anggaran dalam pengembangan pangan lokal.
Peneliti kelahiran Madiun, 4 Juni 1957 ini merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara dari pasangan H. Moch Saliem (Almarhum) dan Hj. Tatiek Soenarti (Almarhumah). Dari pernikahannya dengan Saeful Rachman, ia dikaruniai dua orang anak, yaitu: Anesia Rachmadewi dan Asrinisa Rachmadewi.
Handewi menyelesaikan Sekolah Dasar di SDN Mataram, Madiun (1969); Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SMPN Dolopo, Madiun (1972); dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas dari SMAN 3 Madiun (1975). Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Bidang Keahlian Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (1980); Gelar Magister Sains Bidang Ekonomi Pertanian, SPS IPB (1985); dan Gelar Doktor Bidang Ekonomi Pertanian dari SPS IPB (2001).
Mengikuti beberapa pelatihan yang terkait bidang kompetensinya, antara lain: Research Management, UPLB, Los Banos, Philippines (1993); Training Program on Policy Options to Promote Agricultural Growth on Policy Reform in an Era of Rising Commodity Prices, Melbourne, Australia (2008); Training Workshop on Poor Policy Formulation, Bangkok (2009); Training on Computable General Equilibrium Model, Bogor (2009); Training on Ease Doing Business, Taiwan (2010); Training Analisis Sistem Dinamik, Bandung (2015); dan Training Stata 9, Bogor (2017).
Selain itu, Handewi mendapat penugasan sebagai ketua/anggota DELRI dan konferensi ke luar negeri, antara lain: CAPSA Governing Council Meeting, Bangkok (2011, 2012, 2013); OECD Committee on Agriculture, Paris (2012, 2014, 2016); G20 Ministerial Meeting, Paris (2012) dan Mexico City (2014); International Conference on Agricultural Economist Society, Milan (2014); Global Forum on Agriculture, Berlin (2012); Konferensi FAO wilayah Asia Pasifik ke 31 di Hanoi, Vietnam (2012) dan ke 32 di Ulaan Baator, Mongolia (2014); 5th Global Research Alliance Council Meeting, di Des Moines, lowa, USA (2015).
Handewi pernah menduduki jabatan struktural sebagai Kepala Sub Bidang Monitoring (1989 – 1990); Kepala Sub Bidang Pelaporan (1990 1993); Kepala Bidang Program dan Evaluasi – Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (2005-2010); dan Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (2010-2016). Selama menjabat Kepala PSEKP, Ia pernah merangkap sebagai Plt Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan dan Plt Sekretaris Balitbangtan.
Jabatan fungsional peneliti diawali sebagai Asisten Peneliti Muda (1988), Ajun Peneliti Madya (1993), Peneliti Muda (1996), Peneliti Madya (1998), dan Peneliti Utama Gol. IV/e (2009).
Handewi telah menghasilkan 137 karya tulis ilmiah yang ditulis sendiri maupun dengan penulis lain dalam bentuk buku, bagian dari buku, jurnal, prosiding, dan makalah lainnya, 17 diantaranya ditulis dalam Bahasa Inggris.
Ia aktif dalam organisasi profesi sebagai Pengurus Pusat Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI), Ketua PERHEPI Komisariat Daerah Bogor, Pengurus Pusat PERGIZI Pangan Indonesia, Wakil Ketua III Himpunan Peneliti Indonesia (HIMPENIND0) Cabang Kementerian Pertanian, Ketua HIMPENINDO Kota Bogor, dan Anggota Australasian Agricultural Resources Economic Society (AARES).
Handewi memperoleh tanda penghargaaan Ketahanan Pangan Tingkat Nasional dari Presiden RI tahun 2004, serta Satya Lancana Karya Satya X (1997) dan XXX (2016) dari Presiden RI.