Sosok pria kelahiran Kerinci, 17 Juni 1973 ini menjadi tumpuan operasional Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Mulai dari perencanaan, pemantauan, dan pelaporan program dan anggaran. Bahkan mengurusi logistik, peralatan, dan sumberdaya lainnya yang mendukung pelaksanaan TMC di lapangan.
Bak komandan di belakang layar, Jon Arifian, Ssi, Msi mengendalikan alur operasional BBTMC. Ayah dari dua orang putra putri ini diserahi tugas pertanggungjawaban kegiatan teknologi modifikasi cuaca di berbagai daerah, sekaligus dituntut melaksanakan penguatan kompetensi TMC. Walhasil, Jon Arifian mencermati semua laporan koordinator kegiatan TMC di lapangan.
Namun siapa duga, Jon Arifian yang piawai urusi internal BBTMC, justru mengawali karir pada 1997 sebagai asisten peneliti. Hingga berlanjut ke jenjang peneliti dan akhirnya perekayasa di BBTMC. Sebagai peneliti, Jon banyak berkecimpung melakukan identifikasi masalah riset TMC, penelusuran informasi ilmiah untuk mencari alternatif solusi atas masalah, menganalisis hasil serta dan menyampaikan hasil kegiatan pada tingkat riset awal.
Sebagai perekayasa, Jon berperan sebagai program manager mengendalikan jadwal kegiatan dan pendanaan TMC, menetapkan kontrak kerjasama teknis TMC, melakukan evaluasi berkala sekaligus memantau program dari sisi waktu dan dana.
Sarjana matematika ini terjun dalam beberapa proyek, yaitu program teknologi pengendalian dan mitigasi dampak perubahan iklim (global warming) sebagai program manager (2010-2012). Dalam hal ini, Jon dan timnya melakukan kajian dan penerapan teknologi untuk mengurangi dampak pemanasan global yang berdampak luas dan menyebabkan meningkatnya bencana hidrometeorologi. Mencakup didalamnya, upaya penemuan bahan bakar rendah emisi, teknologi penyerap karbon, optimalisasi potensi air atmosfir untuk energi baru terbarukan, serta mengembangkan kebijakan hemat energi.
Jon Arifian menggawangi operasional TMC redistribusi curah hujan untuk penanggulangan bencana banjir di DKI Jakarta dan TMC penanggulangan bencana karhutla di provinsi Riau serta TMC penanggulangan bencana karhutla di 9 provinsi rawan karhutla di Sumatera dan Kalimantan sepanjang 2014. Selanjutnya, kegiatan TMC penanggulangan bencana karhutla di provinsi Riau dan TMC penanggulangan bencana kekeringan di wilayah pertanian di Indonesia pada 2015.
Operasi TMC pengisian waduk PLTA Riam Kanan (Kalsel), Kota Panjang (Riau), Singkarak (Sumbar), Larona (Sulsel) dan Danau Toba (Sumut). Pilot project Early Warning System bencana karhutla di provinsi Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah (SMOKIES: Sistem Monitoring On-line Kandungan Air Lahan Gambut Indonesia untuk Early Warning System). Serta kerjasama riset TMC pengurangan curah hujan di wilayah pertambangan Kalimantan Selatan.
Saat ini, Jon disibukkan dengan kegiatan peningkatan kapasitas lembaga BBTMC sebagai Pusat Unggulan Iptek di bidang Modifikasi Cuaca. “BBTMC sebagai PUI diharapkan dapat berperan lebih optimal ke depan dalam bidang TMC untuk penanggulangan bencana hidrometeorologi di Indonesia,” ujarnya. Selain juga sebagai penanggung jawab tim LAKIP (Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah) BBTMC yang berkala mengkoordinasikan kegiatan penyusunan laporan akuntabilitas kegiatan TMC.
Atas kerja kerasnya, Jon Arifian yang mengambil bidang kelautan untuk jenjang S2 ini, meraih penghargaan Tanda Kehormatan Satyalancana Wira Karya Nasional dari Presiden RI (2017), penghargaan Pegawai Berprestasi BPPT dari Kepala BPPT (2014), serta penghargaan Pegawai Berprestasi Kedeputian TPSA dari Kedeputian TPSA (2014).