Jakarta: Peneliti-peneliti Indonesia hendaknya menjadi motor penggerak dalam membangun Indonesia menjadi negara berdaulat, berdikari, dan berkepribadian. Untuk menjadi negara besar, penelitian dan inovasi harus kuat. Karenanya, Indonesia memerlukan dukungan sumber daya penelitian yang kuat.
Begitu permintaan Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani, saat menjadi keynote speaker dalam Rapat Kerja Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bertema ‘Pembangunan SDM Peneliti Indonesia’, di Jakarta, Rabu (11/3).
Pemerintah sendiri, kata Puan, berkomitmen menaikkan anggaran penelitian dan pengembangan inovasi. Dengan begitu, diharapkan dapat meningkatkan performa dan produktivitas karya riset, sehingga implikasi teknologi bagi masyarakat pada lima tahun ke depan dapat diandalkan.
“Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla berkomitmen untuk membangun dan meningkatkan anggaran penelitian dan pengembangan inovasi di Indonesia,” katanya.
Menurutnya, penggabungan urusan riset dan teknologi dengan urusan pendidikan tinggi ke dalam satu Kementerian Ristek dan Dikti, salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan riset dan teknologi serta kemampuan inovasi. Ia sendiri sudah meminta Menteri Ristek dan Dikti Muhammad Nasir untuk memikirkan dan menyiapkan skema anggaran penelitian dasar dan pengembangan inovasi melalui program pembiayaan tahun jamak (multiyears).
“Ini adalah momentum yang tepat untuk mengubah paradigma peneliti, yang juga menjadi bagian dari gerakan revolusi mental,” tandasnya.
Dalam kesempatan itu, LIPI juga diminta mengembangkan grand design riset jangka panjang hingga 2035. Hal itu penting dirumuskan agar kegiatan riset dan inovasi lebih terarah serta bisa disinergikan juga dengan program pemerintah dan perguruan tinggi di Indonesia.
Puan mencontohkan, Institut Pertanian Bogor diberi tugas mengembangkan berbagai varietas unggul produk pertanian, sehingga ketahanan pangan terwujud. Sementara itu, Universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada diberi tugas mengembangkan berbagai obat-obatan dan penanganan penyakit tropis. Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Institut Teknologi Surabaya (ITS) diberi tugas untuk mengembangkan rekayasa teknologi dan pertambangan.
“Semua itu dikaitkan dengan tantangan ke depan bangsa ini akan ketersediaan energi, pangan kesehatan, lingkungan, dan perubahan iklim. Tantangan ke depan itu, bagaimana menyinergikan sumber daya peneliti di berbagai lembaga dan perguruan tinggi agar memberikan hasil yang maksimal,” katanya.
Puan berharap agar pihak swasta ikut berkontribusi dalam meningkatkan riset dan inovasi agar membelanjakan lebih besar lagi untuk kegiatan riset dan inovasi. (Tety)